Kamis 22 Feb 2024 15:38 WIB

Mentan Sebut Pemanfaatan Lahan Rawa Mineral Jadi Produktif Bisa Bantu Atasi Masalah Pangan

Mentan Amran tetap optimistis Indonesia bisa swasembada pangan.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Gita Amanda
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan, pemanfaatan lahan rawa mineral untuk lahan pertanian produktif dapat dijadikan solusi mengatasi masalah pangan di Indonesia, (ilustrasi)
Foto: dok Kementan
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan, pemanfaatan lahan rawa mineral untuk lahan pertanian produktif dapat dijadikan solusi mengatasi masalah pangan di Indonesia, (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan, pemanfaatan lahan rawa mineral untuk lahan pertanian produktif dapat dijadikan solusi untuk mengatasi masalah pangan di Indonesia dan cita-cita menjadi lumbung pangan dunia. Hal ini karena semakin menipisnya luas lahan pertanian dari waktu ke waktu.

Indonesia saat ini memiliki lahan rawa mineral 10 juta hektare yang tersebar di Sumatera Selatan, Kalimantan, Sulawesi dan lainya. "Jika dikelola secara optimal di tahun 2024 sebesar 1 juta hektare dapat menghasilkan beras 2,5 juta ton, 2 juta hektar di tahun 2025 menghasilkan 5 juta ton, 3 juta hektar di tahun 2026 produksinya 7,5 juta ton, 4 juta hektare di tahun 2027 produksinya 10 juta ton, dan 5 juta ton di tahun 2028 produksi beras 12,5 juta ton," ujar Amran dikutip dari website Kementan, Kamis (22/2/2024). 

Baca Juga

Amran menyebut produksi dengan memanfaaatkan lahan rawa mineal ini juga dapat mengurangi impor, memenuhi kebutuhan nasional dan bisa juga ekspor. Dengan begitu, rencana Indonesia bisa menjadi lumbung pangan dunia, bisa terwujud.

Ia menyebut proyeksi dalam rencana Kementerian Pertanian menjadi lumbung pangan dunia, Indonesia mencapai swasembada pangan di tahun 2025. Sehingga menjadi negara eksportir beras pada tahun 2027 dan menjadi lumbung pangan dunia super power pada tahun 2028. Ada empat rencana besar yang akan dilakukan Kementarian Pertanian untuk akselerasi produksi pangan.

"Gerakan kami yang pertama, pompanisasi untuk Pulau Jawa. Kedua, ekstensifikasi lahan rawa di luar Indonesia. Ketiga, pupuk yang bermasalah hanya 5 persen akan kita angkat menjadi 100 persen dan keempat, kita hilirisasi, kita harus perbaiki tata niaga. Insyallah kita akan kembali swasembada dan ekspor ke depan," ujarnya.

Sementara itu, Amran mengakui saat ini terjadi masalah krisis pangan akibat dampak El Nino dan persoalan geopolitik dunia lainnya. Di Indonesia kata dia, saat ini sedang mengalami iklim eksrim El Nino yang belum pernah ada sebelumnya. Bulan Februari 2024 dimana seharusnya proyeksi luas tanam meningkat, malah menurun menjadi 800 ribu hektare dari 1.753.000 hektare di bulan Januari 2024 akibat adanya kekeringan ekstrem.

"Biasanya grafik di Bulan Februari ini meningkat, bisa sampai 2 juta. Ini belum sampai puncak, kita malah menurun. Ini yang mengkhawatirkan," katanya.

Meskipun begitu, Amran tetap optimistis Indonesia bisa swasembada pangan. Ini mengingat saat ini bantuan pupuk sudah ditambah oleh Presiden Jokowi menjadi Rp 14 triliun tahun 2024 untuk memacu akselerasi produksi pertanian Indonesia. 

"Indonesia sudah tiga kali swasembada, pada tahun 2017, 2019, 2020. Itu artinya kita mampu. Hanya saja saat ini kondisi pertanian tidak baik ditambah dengan kondisi iklim yang tidak bersahabat, diperparah dengan kebijakan yang perlu disempurnakan. Salah satunya adalah masalah pupuk. Saat saya beri tahun kepada presiden, dengan spontan Presiden berkata tambah pupuk 14 triliun untuk mengatasi masalah ini," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement