Sabtu 16 Mar 2024 09:11 WIB

PKS Ingin Ada Pemilihan Wali Kota dan DPRD Tingkat II di DKJ, Ini Alasannya 

Selama ini DPRD Provinsi DKI Jakarta belum maksimal menjalankan tiga fungsi dewan

Rep: Bayu Adji Prihammanda/ Red: Arie Lukihardianti
Sekretaris DPW Partai Nasdem Wibi Andrino (kiri) dan Penasihat Fraksi PKS DPRD DKI Khoiruddin (kanan)
Foto: Republiika/Eva Rianti
Sekretaris DPW Partai Nasdem Wibi Andrino (kiri) dan Penasihat Fraksi PKS DPRD DKI Khoiruddin (kanan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DKI Jakarta mengusulkan adanya pemilihan wali kota dan DPRD tingkat II di Daerah Khusus Jakarta (DKJ). Karena, keberadaan wali kota dan DPRD tingkat II itu dinilai akan lebih memaksimalkan pelayanan kepada masyarakat. 

Menurut Ketua DPW PKS DKI Jakarta Khoiruddin, saat ini jumlah warga di Provinsi DKI Jakarta sangat banyak. Sementara jumlah anggota dewan di tingkat provinsi sangat terbatas. Alhasil, tidak semua aspirasi masyarakat di DKI Jakarta dapat tertampung oleh anggota DPRD. 

Baca Juga

"Jarang di antara kita (anggota DPRD) yang menyambangi semua tempat (di DKI Jakarta)," ujar lelaki yang juga merupakan Wakil Ketua DPRD Provinsi DKI Jakarta, Jumat (15/3/2024).

Menurutnya, selama ini DPRD Provinsi DKI Jakarta belum maksimal menjalankan tiga fungsi dewan. Mengingat, wilayah Jakarta sangat luas. Ditambah, jumlah penduduk DKI Jakarta mencapai 11 juta warga.

Khoirudin menambahkan, untuk mewujudkan DPRD tingkat II, wali kota harus dipilih langsung oleh warga. Karena itu, perlu adanya pemilihan wali kota di DKJ. Tujuannya tak lain agar masyarakat Jakarta dapat terlayani dengan baik.

"Kenapa perlu ada pemilihan wali kota? Agar lebih zooming, lebih mikro, wali kota mengetahui permasalahan tiap jangka wilayahnya dan bisa dimaksimalkan potensi PAD-nya," kata Khoiruddin. 

Diketahui, saat ini Badan Legislasi (Baleg) DPR mulai membahas RUU DKJ dalam rapat kerja bersama Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). RUU usul inisiatif DPR terdiri dari 12 Bab dan 72 Pasal.

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement