REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gelandang Mahamadou Diawara telah meninggalkan skuad Prancis U-19 setelah mengetahui bahwa Federasi Sepak Bola Prancis (FFF) telah menetapkan peraturan baru yang Islamofbik. FFF melarang para pemain Muslim untuk berpuasa selama bulan Ramadan saat berlatih bersama tim nasional, demikian ungkap beberapa sumber kepada ESPN, Kamis (21/3/2024).
Diawara merasa tidak nyaman dengan aturan baru tersebut, yang diterapkan mulai dari level U-16 hingga tim senior. Alhasil, ia memutuskan untuk pergi dan kembali ke klubnya, Lyon, kata sumber ESPN. FFF telah mengonfirmasi kembalinya Diawara ke klubnya dan telah memanggil pemain Nantes, Dehmaine Tabibou Assoumani, sebagai penggantinya.
Presiden FFF Philippe Diallo mengatakan dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Prancis Le Figaro pada Rabu bahwa dia telah menerapkan aturan baru mengenai pemain yang berpuasa Ramadan saat bertugas di timnas Prancis. Aturan Islamofobik ini dibentengi dalih pihaknya menerapkan "prinsip netralitas" yang tertulis dalam anggaran dasar organisasi dan bahwa langkah-langkah tersebut "memastikan bahwa agama tidak mengganggu seorang atlet."
Aturan baru FFF menyatakan bahwa pemain yang dipanggil oleh tim nasional Prancis tidak dapat berpuasa selama periode Ramadan, alih-alih bersikeras bahwa para pemain harus mengikuti ritme yang biasa dilakukan oleh organisasi dan operasi tim.
Para pemain yang menjalankan ibadah puasa Ramadhan, yang dimulai pada 10-11 Maret dan diperkirakan akan berakhir sekitar 10 April, tidak dapat berpuasa selama berada di markas latihan di Clairefontaine. Mereka harus mengganti puasa yang mereka lewatkan setelah Ramadhan berlalu.
Setiap pelatih kepala tim nasional Prancis, mulai dari pelatih U-16 Lionel Rouxel hingga pelatih kepala senior Didier Deschamps, menjelaskan kepada para pemainnya tentang aturan baru ini pada awal jeda internasional.
"Beberapa pemain tidak senang dengan keputusan ini," kata seorang agen yang mewakili sejumlah pemain di tim muda dan senior Prancis kepada ESPN. "Mereka percaya bahwa agama mereka tidak dihormati dan mereka juga tidak dihormati. Beberapa tidak ingin membuat keributan, tetapi Mahamadou tidak senang dengan hal itu sehingga dia pergi."
Ini bukan kali pertama sepak bola Prancis menunjukkan Islamofobia. Sebelumnya di Ligue 1 keluar larangan bagi wasit untuk menghentikan laga sejenak agar pemain Muslim bisa berbuka puasa. Padahal pada saat yang sama, hal serupa dilakukan di liga-liga lain di Eropa sebagai penghormatan kepada pemain Muslim.
Di Prancis, wasit yang menghentikan pertandingan sejenak demi memberikan waktu kepada pemain Muslim berbuka puasa akan mendapatkan sanksi.