Rabu 27 Mar 2024 09:16 WIB

Dokter: Pengobatan Tuberkulosis pada Anak Harus Dijalani Sampai Tuntas

Tuberkulosis bisa sembuh asal tuntas pengobatannya dan kontrolnya teratur.

Red: Friska Yolandha
Gejala tuberkulosis pada anak. Tuberkulosis bisa sembuh asal tuntas pengobatannya dan kontrolnya teratur.
Foto: Dok Republika
Gejala tuberkulosis pada anak. Tuberkulosis bisa sembuh asal tuntas pengobatannya dan kontrolnya teratur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis anak dr Arifianto mengingatkan anak yang mengalami penyakit tuberkulosis harus menjalani pengobatan sampai tuntas. Hal itu bertujuan agar bakteri penyebab infeksi bisa dibasmi sampai habis.

"TB bisa sembuh asal tuntas pengobatannya dan kontrolnya teratur. Kenapa kontrol itu rutin setiap bulan? Karena kita tidak cuma sekedar memastikan obatnya diminum atau tidak, tapi, bagaimana perbaikannya itu harus dipantau," kata Arifianto yang praktik di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pasar Rebo dalam sebuah diskusi daring yang digelar pada Selasa (26/3/2024).

Baca Juga

Penyakit tuberkulosis disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacteria tuberculosis dan bisa disembuhkan dengan meminum obat. Obat ini disediakan dalam bentuk paket terdiri dari beberapa jenis obat yang disebut Kombinasi Dosis Terpadu (KDT). 

Arifianto menjelaskan periode pengobatan penderita tuberkulosis berkisar antara 6 sampai 12 bulan bergantung kepada jenis infeksi tuberkulosis yang dialami. "Untuk TB paru dan sebagian besar TB 6 bulan, tapi, TB yang berat seperti (TB) meningitis itu bisa sampai 12 bulan," ujar Arifianto.

Obat tuberkulosis bisa diminum saat perut kosong sebelum makan dengan dosis yang disesuaikan dengan berat badan. Arifianto menjelaskan apabila pengobatan tuberkulosis tidak dijalani sampai tuntas maka akan menyisakan bakteri penyebab infeksi dalam tubuh dan akan berkembang menjadi bakteri resisten obat atau kebal dengan obat sehingga lebih sulit untuk disembuhkan.

"Risiko dari tidak tuntas pengobatan TB adalah kumannya bisa jadi kebal atau lebih susah mengobatinya dan itu menimbulkan risiko kematian lebih tinggi kemudian hari," tutur Arifianto.

Selain pengobatan yang tuntas, Arifianto menekankan kontak erat dengan orang yang tertular merupakan kunci dari penyebaran bakteri tuberkulosis. Oleh karena itu, dia mendorong pemutusan rantai penularan guna mencegah penyebaran tuberkulosis.

"Kalau ketemu satu pasien TB jangan cuma mengobati dia saja, langsung investigasi kontak. Anak ini tinggal sama siapa, orang dewasa ini tinggal sama siapa, semua orang harus dites, diskrining sakit TB atau tidak dan harus benar-benar diobati," ucap dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement