REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Korea Utara pada Selasa, (26/3/2024) mengesampingkan "kontak atau negosiasi apa pun" dengan Jepang di masa depan. Hal ini disampaikan, setelah Tokyo menolak klaim Pyongyang terkait penyelesaian masalah korban penculikan yang masih ada.
Dalam pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita yang dikelola pemerintah Korea Utara KCNA, Kim Yo Jong, yakni saudari pemimpin negara itu Kim Jong-un, menuding Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida menggunakan hubungan bilateral untuk "perhitungan politik". "Hal ini dibuktikan dengan sikap Jepang yang teguh pada isu yang tidak mungkin terwujud dan terselesaikan serta tidak ada yang perlu diselesaikan," kata Kim.
Jepang, tambah dia, tidak mempunyai keberanian untuk mengubah sejarah, mendorong perdamaian dan stabilitas regional serta mengambil langkah pertama untuk hubungan baru DPRK-Jepang. DPRK mengacu pada nama resmi Korut, Republik Demokratik Rakyat Korea.
Kim, yang merupakan wakil direktur Komite Sentral Partai Pekerja yang berkuasa di Korut, menyampaikan pernyataan itu sehari setelah Kishida, menurut dia, menyatakan kesediaan untuk menggelar pertemuan puncak dengan Kim Jong Un.