Sabtu 11 May 2024 14:00 WIB

UEA Kecam PM Israel Netanyahu, Tolak Jadi Pemerintah di Gaza

UEA tegaskan komitmen mendukung pemerintahan Palestina.

Red: Teguh Firmansyah
Internally displaced Palestinians leave with their belongings following an evacuation order issued by the Israeli army, in Rafah, southern Gaza Strip, 10 May 2024.(Issued 11 May 2024) More than 34,900 Palestinians and over 1,455 Israelis have been killed, according to the Palestinian Health Ministry and the IDF, since Hamas militant.  launched an attack against Israel from the Gaza Strip on 07 October 2023, and the Israeli operations in Gaza and the West Bank which followed it.
Foto: EPA-EFE/MOHAMMED SABER
Internally displaced Palestinians leave with their belongings following an evacuation order issued by the Israeli army, in Rafah, southern Gaza Strip, 10 May 2024.(Issued 11 May 2024) More than 34,900 Palestinians and over 1,455 Israelis have been killed, according to the Palestinian Health Ministry and the IDF, since Hamas militant. launched an attack against Israel from the Gaza Strip on 07 October 2023, and the Israeli operations in Gaza and the West Bank which followed it.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARTA -- Uni Emirat Arab (UAE) pada Jumat mengecam Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang menyebut nama negara Teluk tersebut dalam usulan pemerintahan sipil yang akan memerintah Jalur Gaza di bawah pendudukan Israel.

Menteri Luar Negeri UAE Sheikh Abdullah bin Zayed menegaskan bahwa Netanyahu tidak mempunyai legitimasi untuk mengambil tindakan seperti itu. Uni Emirat juga menolak terlibat dalam rencana apapun yang bertujuan melindungi kehadiran Israel di Gaza.

Baca Juga

Sheikh Abdullah memastikan komitmen UEA yang mendukung Pemerintah Palestina yang sejalan dengan aspirasi rakyat Palestina.

Sebelumnya pada Kamis, Netanyahu mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa dibutuhkan pemerintah sipil di Gaza, kemungkinan dengan dukungan UEA dan lainnya.