Senin 20 May 2024 11:14 WIB

Jokowi Kenalkan Sistem Pengairan Subak Bali di WWF

Subak merupakan metode teknologi dari budaya asli petani Bali.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Indira Rezkisari
Seorang petani bekerja di ladang dengan sistem irigasi teras tradisional yang disebut subak di Jatiluwih di Tabanan, Bali, Indonesia.
Foto: AP Photo/Tatan Syuflana
Seorang petani bekerja di ladang dengan sistem irigasi teras tradisional yang disebut subak di Jatiluwih di Tabanan, Bali, Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Presiden RI Joko Widodo memperkenalkan sistem Subak sebagai salah satu kearifan lokal dalam pengelolaan air di masyarakat Bali, Indonesia. Hal itu disampaikan Jokowi di hadapan puluhan delegasi yang menghadiri pembukaan World Water Forum di Bali International Convention Center (BICC) di Nusa Dua Bali.

“Sistem Subak di Bali telah dipraktikkan sejak abad 11 lalu, dan telah diakui sebagai warisan budaya dunia,” kata Jokowi dalam pidatonya di pembukaan WWF ke-10 pada Senin (20/5/2024).

Baca Juga

Sistem pengairan subak merupakan metode teknologi dari budaya asli petani Bali. Fasilitas yang utama dari irigasi subak untuk setiap petani anggota subak adalah berupa pengalapan (bendungan air), jelinjing (parit), dan sebuah cakangan (satu tempat atau alat untuk memasukkan air ke bidang sawah garapan).

Ketika di suatu lokasi bidang sawah terdapat dua atau lebih cakangan yang saling berdekatan, maka cakangan-cakangan tersebut adalah sama (kemudahan dan kelancaran air mengalir masuk ke sawah masing-masing petani sama). Tetapi, perbedaan lebar lubang cakangan masih dapat ditoleransi yang disesuaikan dengan perbedaan luas bidang sawah garapan petani.

Lebih lanjut Jokowi mengatakan bagi masyarakat Bali, air adalah kemuliaan yang mengandung nilai-nilai spiritual dan budaya yang harus dikelola bersama. Dan menurut dia, hal tersebut sejalan dengan tema World Water Forum ke-10 yaitu “Air bagi Kemakmuran Bersama”.

Jokowi menjelaskan bahwa tema tersebut juga yang bisa dimaknai menjadi tiga prinsip dasar, yaitu menghindari persaingan dan mendorong pemerataan; mengedepankan kerja sama inklusif, termasuk penggunaan teknologi dan pembiayaan inovatif; serta menyokong perdamaian & kemakmuran bersama, di mana ketiganya, hanya bisa terwujud dengan sebuah kata kunci, yaitu kolaborasi.

“Di Indonesia, kolaborasi telah menjadi kunci keberhasilan dalam merestorasi Sungai Citarum serta pengembangan energi hijau, solar panel terapung di waduk Cirata, yang menjadi yang terbesar di Asia Tenggara dan ketiga di dunia,” kata Jokowi.

Dengan adanya pertemuan dan pembicaraan di World Water Forum ke-10, Jokowi berharap dunia dapat bekerja sama secara berkesinambungan untuk dapat memperkuat komitmen kolaborasi dalam mengatasi tantangan global terkait air.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement