REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Belum lama ini, ayah dari pedangdut Ayu Ting Ting yang dikenal sebagai Ayah Ojak menjadi perbincangan hangat di media sosial. Dalam video yang yang diunggah di akun Tiktok @novidesta, terlihat Ayah Ojak tampak berseteru dengan jamaah haji yang disebut berasal dari Malaysia karena diduga mengejek orang Indonesia.
Perseteruan ini bermula saat jamaah haji asal Malaysia menghina orang Indonesia dengan sebutan miskin. Ayah Ojak lalu dengan tegas menyatakan bahwa pernyataan tersebut tidak benar dan meminta jamaah yang bersangkutan untuk tidak menghina Indonesia.
Meski tampak kesal, Ayah Ojak terlihat masih bisa menahan diri dengan tersenyum dan tidak meluapkan emosi secara berlebihan. Banyak warganet yang mendukung sikap Ayah Ojak karena telah membela Indonesia.
Di sisi lain, sebagian warganet menyayangkan terjadinya perseteruan tersebut di Tanah Suci. Alasannya, Muslim sangat dianjurkan untuk menghindari perdebatan dan percekcokan saat sedang menjalani ibadah haji.
"Padahal dalam beribadah haji salah satu hal yang dilarang adalah berdebat atau cekcok (apalagi sampai marah-marah)," ujar seorang warganet di X, seperti dikutip pada Selasa (21/5/2024).
Menyikapi ejekan dan hinaan dalam Islam
Secara umum, Syekh Assim Al Hakeem menyatakan Muslim bisa memilih satu dari dua opsi bila diejek atau dihina oleh orang lain. Opsi yang pertama adalah memberikan balasan tanpa dilebih-lebihkan.
"Bila seseorang mengejekmu, kamu boleh membalasnya dengan kadar yang sama. Ini hakmu dalam Islam," jelas Syekh Assim melalui kanal YouTube pribadinya, seperti dikutip pada Selasa (21/5/2024).
Sebagai contoh, saat diejek dengan sebutan "kamu bodoh", Muslim boleh membalasnya dengan mengatakan "kamu bodoh". Akan tetapi, Muslim tidak diperkenankan untuk membalas ejekan tersebut secara berlebihan, seperti berkata "kamu, keluargamu, orang yang kamu cintai, dan semua orang yang kamu kenal itu bodoh".
"Itu melebih-lebihkan. Tahan dirimu," ujar Syekh Assim.
Opsi yang kedua adalah memaafkan dan mengampuni orang yang mengejek. Sikap inilah yang sering dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Syekh Assim lebih menyarankan umat Islam untuk memilih opsi kedua ini ketika menghadapi ejekan atau hinaan dari orang lain.
"Bila kamu berjalan lalu ada anjing yang menggonggong, apakah kamu akan serta-merta berdiri dengan tangan dan kaki lalu ikut menggonggong? Tentu tidak. Kamu akan melewatkannya saja," kata Syekh Assim.
Menurut Syekh Assim, umat Islam tidak perlu memberikan atensi atau perhatian terhadap perkataan dan perbuatan orang yang suka mengejek atau menghina. Orang-orang seperti itu biasanya melontarkan ejekan atau hinaan karena ingin mendapatkan reaksi yang negatif, memprovokasi, atau membuat perasaan orang yang dihina menjadi sedih.
"Jadi jangan biarkan mereka mendapatkan keinginan itu," kata Syekh Assim.
Hal ini menjadi semakin penting untuk diperhatikan ketika sedang berada di Tanah Suci untuk menjalankan ibadah haji. Seperti dilansir IslamQA, ummat Islam dianjurkan untuk menjalani ibadah haji dengan penuh hikmat, cinta kasih, hingga rasa hormat.
"Haji bukanlah waktu untuk bermalas-malasan, bermain-main, atau melakukan apa saja tanpa pantangan, seperti yang dilakukan oleh sebagian orang, mereka bermain-main, tertawa-tawa, mengolok-olok orang lain, hingga melakukan perbuatan tercela lainnya, seolah-olah haji disyariatkan untuk candaan dan permainan," ungkap IslamQA.
Umat Islam dinilai perlu menghindari sejumlah perilaku tercela selama menjalani ibadah haji di Tanah Suci. Beberapa perbuatan tercela itu adalah memfitnah, bergosip, memaki, mengumpat, memukul, serta memandang yang bukan mahram.
"Hal-hal ini haram dilakukan baik saat ihram maupun tidak, namun menjadi lebih haram lagi ketika sedang ihram," kata IslamQA.
Menurut IslamWeb, mengekspresikan amarah ketika beribadah haji tidak akan membatalkan ibadah tersebut. Bila seorang Muslim marah namun tidak melontarkan fitnah, ejekan, atau hinaan kepada orang lain, pahala ibadah haji mereka tidak akan berkurang. Akan tetapi, Allah lebih mencintai orang-orang yang mampu mengendalikan amarah mereka dan memaafkan kesalahan orang lain.