REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jauh sebelum kedatangan etnis Jawa, Arab-Afrika dan Eropa datang ke Kaledonia Baru. Para peneliti menduga manusia pertama yang menetap di Kaledonia Baru sekitar tahun 1600 Sebelum Masehi (SM).
Suku Lapita adalah navigator yang terampil dan bukti tembikar peninggalan peradaban mereka di sekitar Pasifik telah menjadi panduan untuk memahami ekspansi manusia di wilayah tersebut.
BACA JUGA: Kisah Muslim Aljazair Dibuang ke Kaledonia Baru, Tolak Suguhan Daging Babi Hingga Wafat
Gelombang migran berturut-turut dari pulau-pulau lain di wilayah Melanesia menikah dengan suku Lapita. Sehingga memunculkan kelompok etnis Kanak yang dianggap sebagai penduduk asli Kaledonia Baru.
Seiring berjalannya waktu, para penjajah tiba di Kaledonia Baru. Di antaranya pemerintahan kolonial Prancis menjajah dan menguasai Kaledonia Baru yang terletak di dekat Benua Australia, wilayah Oseania dan sub-benua Melanesia di Samudra Pasifik sebelah barat daya.
Sampai saat ini, Kaledonia Baru masih berada di bawah kekuasaan Prancis dengan status sui generis, wilayah dengan otonomi khusus. Populasi Kaledonia Baru diperkirakan 300.682 jiwa pada 2023.
Ada beberapa kelompok etnis di Kaledonia Baru. Yakni Kanak 39,1 persen, Eropa 27,1 persen, Wallisian, Futunian 8,2 persen, Tahitian 2,1 persen, Indonesia 1,4 persen, Ni-Vanuatu 1 persen, Vietnam 0,9 persen, lainnya 17,7 persen, tidak ditentukan 2,5 persen. Berdasarkan data perkiraan tahun 2014.
Bahasa yang digunakan di Kaledonia Baru adalah Prancis sebagai bahasa resmi dan 33 dialek Melanesia-Polinesia. Ada juga yang menggunakan bahasa Jawa Kaledonia Baru.
Mayoritas agama di Kaledonia Baru... Baca di halaman selanjutnya...