Rabu 29 May 2024 16:53 WIB

Menlu Norwegia: Pengakuan Negara Palestina Tonggak Sejarah

Norwegia bersama sejumlah negara Eropa mengakui Palestina

Rep: Lintar Satria / Red: Nashih Nashrullah
Para wisudawan meneriakkan Bebaskan Palestina sambil mengibarkan bendera Palestina pada upacara wisuda Universitas Northeastern di Fenway Park di Boston, Massachusetts, AS, 5 Mei 2024.
Foto: EPA-EFE/AMANDA SABGA
Para wisudawan meneriakkan Bebaskan Palestina sambil mengibarkan bendera Palestina pada upacara wisuda Universitas Northeastern di Fenway Park di Boston, Massachusetts, AS, 5 Mei 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, OSLO – Menteri Luar Negeri Norwegia Espen Barth Eide mengatakan pengakuan Norwegia pada negara Palestina merupakan pesan dukungan yang jelas pada "kekuatan moderat" di Palestina dan Israel. Norwegia, Spanyol dan Irlandia resmi negara Palestina.

"Selama 30 tahun lebih, Norwegia merupakan salah satu negara yang mengadvokasi negara Palestina. Pengakuan Norwegia bahwa Palestina adalah negara hari ini mewakili tonggak sejarah hubungan Norwegia-Palestina," kata Eide dalam pernyataannya seperti dikutip dari Aljazirah, Selasa (28/5/2024).

Baca Juga

"Pengakuan Norwegia bahwa Palestina adalah negara merupakan pesan dukungan yang jelas kekuatan moderat di dua negara," tambahnya.  

Sekretaris Jenderal Norwegian People's Aid, Raymond Johansen, mengatakan dengan semakin banyak negara yang mengakui Palestina harapannya hal ini akan menekan Israel untuk menegosiasikan solusi.

"Saat ini masih sangat jauh dari negosiasi antara pihak-pihak (yang berkonflik) tapi (keputusan Norwegia mengakui Palestina) merupakan langkah ke arah yang tepat," kata mantan Menteri Luar Negeri Norwegia itu.

Johansen menambahkan Amerika Serikat selalu merupakan sekutu dekat Israel. Bila Washington mengubah kebijakannya, kata Johansen, dan "memberikan tekanan pada Israel" maka proses perdamaian yang hampir mati akan mengalami perubahan.

"Namun tidak sebelum itu karena jelas pemerintah Israel sangat percaya diri dengan apa yang mereka lakukan, dengan mengatakan mereka akan 'membersihkan' segala. Sejauh ini mereka dapat terus melakukan karena perlawanan terhadap kebijakan mereka tidak cukup kuat," kata Johansen.

"Kami sudah melihat semacam tsunami diplomasi pekan ini, tapi tidak akan berdampak pada pemerintah Israel dan (pasukan Israel) saat ini," tambahnya. 

Hingga Selasa, Palestina baru diakui 11 dari 27 negara anggota Uni Eropa (EU). Delapan negara, Bulgaria, Siprus, Republik Ceko, Hungaria, Malta, Polandia, Romania, dan Slovakia, sudah mengakui Palestina sejak 1988 sebelum bergabung ke EU. Swedia kemudian mengakui Palestina pada 2014.

Pekan ini, negara anggota EU Spanyol dan Irlandia, serta Norwegia yang bukan negara anggota EU, resmi mengakui negara Palestina.

Ahad (25/5/2024) lalu, serangan roket Israel ke kamp pengungsi di Kota Rafah menewaskan sekurangnya 40 warga Palestina dan melukai puluhan lainnya.

Perdana  Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Senin (27/5/2024) menyebut serangan udara ke kamp pengungsi tersebut sebagai "insiden tragis" serta berjanji akan menyelidiki hal tersebut. Padahal, pihak militer Israel menyebut senjata yang mereka gunakan adalah senjata "presisi".

Di lokasi terpisah, Amerika Serikat mendesak Israel untuk melakukan penyelidikan internal setelah Tel Aviv melancarkan serangan udara mematikan di kamp pengungsi di Rafah akhir pekan lalu, yang menewaskan dan melukai puluhan warga sipil Palestina.

Juru Bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller mengatakan Amerika Serikat segera menghubungi Israel ketika berita mengenai serangan itu tersiar untuk mengungkapkan keprihatinan mendalam atas apa yang terjadi, meminta informasi lebih lanjut, dan mendesak Tel Aviv untuk melakukan penyelidikan penuh.

Miller mengatakan Amerika Serikat juga telah mencatat klaim Israel bahwa insiden itu mungkin disebabkan oleh serangan terhadap gudang amunisi kelompok pejuang Palestina, Hamas.

“Tidak jelas bagi saya apakah mereka benar-benar mengetahuinya, tetapi mereka perlu mencari tahu, mereka perlu melakukan penyelidikan. Kami akan menunggu penyelidikan tersebut dan menekan mereka untuk memastikan bahwa hasil penyelidikan disajikan secara terbuka dan secara transparan kepada kami dan dunia,” kata dia kepada wartawan, Selasa (28/5/2024).

Meskipun menuntut penyelidikan internal ke Israel, Miller menegaskan bahwa tidak ada perubahan kebijakan Amerika Serikat terhadap konflik Israel dan Hamas di Jalur Gaza.

Militer Israel merangsek masuk Kota Rafah pada 7 Mei, tujuh bulan setelah melancarkan agresi besar-besaran ke Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023 sehingga menyebabkan eskalasi konflik terbesar di kawasan tersebut dalam beberapa dasawarsa.

Kabinet Israel bertekad untuk terus melanjutkan serangan di Rafah hingga seluruh pejuang Hamas Palestina "musnah". 

photo
BUKTI GENOSIDA ISRAEL - (Republika)

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement