Rabu 22 Jun 2016 04:31 WIB

Kontroversi Hari Lahir Pancasila (tulisan 1)

Red: Joko Sadewo
Presiden Joko Widodo menandatangani 1 Juni sebagai hari libur nasional terkait Hari Lahir Pancasila
Foto:
Sukarno

Penetapan kelahiran Pancasila pada 1 Juni ini merupakan proses yang panjang. Bukan hanya sejak era reformasi yang diperjuangkan PDIP, yang dipimpin Megawati, putri Sukarno. Tapi jika merujuk pada terbitnya buku Lahirnya Pancasila pada 1947 maka perjuangan itu telah menempuh waktu 69 tahun. Buku tipis itu berjudul Lahirnja Pantja Sila.

Dalam kata pengantarnya, bertanggal 1 Juli 1947, Radjiman Wediodiningrat, yang sebelumnya ketua BPUPK, menyebutkan bahwa pidato Bung Karno itu tak tertulis. Dokumen pidato yang kita kenal sekarang merupakan hasil kerja dua stenografer – betapa para founding fathers sudah menyadari pentingnya dokumentasi. Buku itu memuat pidato Bung Karno pada 1 Juni tersebut.

Prof Mr AG Pringgodigdo, dalam tulisannya berjudul Sekitar Pancasila, menulis “bahwa setelah pada tanggal 1 Juni 1945 diterima oleh semua anggota Badan Penyelidik dengan tepuk tangan yang riuh kemudian setelah tanggal itu dalam tahun 1945 tidak pernah disebut lagi, sehingga baik dalam Pembukaan maupun dalam Batang Tubuh UUD 1945 istilah itu tidak dijumpai.”

AG Pringgodigdo adalah wakil kepala sekretariat yang juga merangkap anggota BPUPK. Sehari-hari dia adalah wedana Purwokerto. Menurutnya, “Istilah Pancasila itu baru timbul kembali pada waktu Presiden Sukarno dalam bulan September 1947 mengeluarkan buku kecil yang memuat pidatonya dari 1 Juni 1945 di muka rapat Badan Penyelidik itu dengan judul: Lahirnya Pancasila. Sejak saat itu Bung Karno mulai memperkenalkan Pancasila menurut perumusannya kepada khalayak ramai.”

Istilah Pancasila memang tak ditulis dalam Pembukaan UUD 1945 maupun di Batang Tubuh UUD 1945. Namun lima sila itu jelas tercantum di Pembukaan UUD 1945. Karena itu wajar jika orang tak pernah bercakap lagi soal Pancasila dan baru muncul kembali pada 1947 sejak terbitnya buku Lahirnja Pantja Sila. Pada sisi lain, ada semacam kesadaran bersama bahwa konstitusi itu bersifat sementara sampai lahirnya badan yang dipilih secara demokratis yang bertugas untuk menyusun konstitusi.

Istilah Pancasila memang baru pertama kali muncul saat Bung Karno berpidato pada 1 Juni 1945 tersebut. Dalam pidatonya, ia mengungkapkan, “Namanya bukan Panca Dharma, tetapi – saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa – namanya ialah Panca Sila.”

Menurut Bung Karno, istilah Panca Dharma tidak tepat karena dharma berarti kewajiban. “Sedang kita membicarakan dasar,” katanya. Padanan sila adalah dasar atau asas. Ini sesuai dengan permintaan Radjiman Wediodiningrat, ketua BPUPK, bahwa persidangan untuk mencari mufakat tentang dasar negara (philosofische grondslag).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement