REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM — Ribuan warga ekstremis Israel yang sebagian besar merupakan kaum ultranasionalis mengambil bagian dalam pawai tahunan di Kota Tua Yerusalem pada Rabu (5/6/2024). Pawai tersebut pun melalui lingkungan padat penduduk Palestina di kota tua tersebut.
Mereka meneriakkan slogan rasis yang memicu ketegangan di masa perang seperti teriakan “Matilah Orang Arab.” Beberapa demonstran juga meneriakkan “Muhammad sudah mati!” mengacu pada Nabi Muhammad yang merupakan nabi terakhir dalam ajaran Islam, tulis Al-Arabiya.
Yerusalem, pusat konflik Israel-Palestina, sebenarnya kerap tenang selama perang Israel-Hamas. Meski demikian, aksi tersebut dapat memicu ketegangan yang meluas, seperti yang terjadi tiga tahun lalu ketika aksi tersebut turut memicu perang 11 hari di Gaza.
Para pengunjuk rasa berkumpul di luar Gerbang Damaskus, tempat berkumpulnya warga Palestina di Yerusalem timur. Mereka meneriakkan slogan-slogan anti-Arab dan anti-Islam, menari dan mengibarkan bendera Israel saat pawai dimulai.
Maniacs ultra nationalists Israelis continue to attack the Palestinian neighborhood in East Jerusalem (as they do every year during the flag march).
We need protection from these people, because apparently the police aren't interested in doing so. pic.twitter.com/NyAWu8GGlv
— Hamza (@HowidyHamza) June 5, 2024
Tepat sebelum unjuk rasa, massa bentrok dengan polisi dan melemparkan botol plastik ke arah seorang jurnalis yang mengenakan rompi dengan tulisan PRESS terpampang di atasnya.
Pawai tersebut dilakukan di tengah tingginya ketegangan akibat perang Israel-Hamas di Gaza. Perang dimulai dengan serangan Hamas pada 7 Oktober ke Israel selatan, yang menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menculik sekitar 250 sandera.
Israel menanggapinya dengan serangan besar-besaran yang telah menewaskan lebih dari 36.000 warga Palestina, menurut pejabat kesehatan setempat. Perang ini membuat sebagian besar penduduk wilayah tersebut mengungsi dan menyebabkan kehancuran yang luas.
Amerika Serikat telah mendukung gencatan senjata bertahap dan pembebasan sandera yang digariskan oleh Presiden Joe Biden pekan lalu. Namun Israel mengatakan mereka tidak akan mengakhiri perang tanpa menghancurkan Hamas. Sementara itu, kelompok pejuang menuntut gencatan senjata jangka panjang dan penarikan penuh pasukan Israel.