Apa yang dilakukan Qabil terhadap saudaranya yang sudah wafat?
Sebagaimana yang ditulis Imam at-Thabari, Qabil membawa serta Habil pergi ke berbagai tempat. Bukan hanya sehari hingga dua hari, tapi sampai seratus tahun. Si Qabil bingung apa yang harus dia perbuat terhadap saudaranya. Hingga suatu ketika, Allah berfirman:
فَبَعَثَ ٱللَّهُ غُرَابًا يَبْحَثُ فِى ٱلْأَرْضِ لِيُرِيَهُۥ كَيْفَ يُوَٰرِى سَوْءَةَ أَخِيهِ ۚ قَالَ يَٰوَيْلَتَىٰٓ أَعَجَزْتُ أَنْ أَكُونَ مِثْلَ هَٰذَا ٱلْغُرَابِ فَأُوَٰرِىَ سَوْءَةَ أَخِى ۖ فَأَصْبَحَ مِنَ ٱلنَّٰدِمِينَ
Fa ba’aṡallāhu gurābay yab-ḥaṡu fil-arḍi liyuriyahụ kaifa yuwārī sau`ata akhīh, qāla yā wailatā a ‘ajaztu an akụna miṡla hāżal-gurābi fa uwāriya sau`ata akhī, fa aṣbaḥa minan-nādimīn
Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: “Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?” Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal.
Pelajaran
Peristiwa ini mengandung sejumlah hikmah:
Pertama, Dosa besar pertama
Ini merupakan dosa besar pertama yang dilakukan manusia di muka bumi. Dosa ini menandakan bahwa sesama manusia sangat mungkin untuk saling menjatuhkan, saling iri dengki, hingga akhirnya saling menumpahkan darah.
Kedua...Lihat halaman berikutnya >>>