REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Yaqub Alahissalam mengetahui bahwa saudara Nabi Yusuf Alahissalam berpotensi besar akan dengki dan berkhianat kepada Nabi Yusuf yang usianya masih anak-anak. Hal ini digambarkan dalam Surat Yusuf Ayat 5 dan tafsirnya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
قَالَ يٰبُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُءْيَاكَ عَلٰٓى اِخْوَتِكَ فَيَكِيْدُوْا لَكَ كَيْدًا ۗاِنَّ الشَّيْطٰنَ لِلْاِنْسَانِ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
Qāla yā bunayya lā taqṣuṣ ru'yāka ‘alā ikhwatika fa yakīdū laka kaidā(n), innasy-syaiṭāna lil-insāni ‘aduwwum mubīn(un).
Dia (ayahnya) berkata, “Wahai anakku, janganlah engkau ceritakan mimpimu kepada saudara-saudaramu karena mereka akan membuat tipu daya yang terhadapmu. Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (QS Yusuf Ayat 5)
Prof KH Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah menjelaskan tafsir Surat Yusuf Ayat 5. Dijelaskan bahwa Nabi Yaqub Alahissalam sebagai seorang Nabi, memahami dan merasakan bahwa ada suatu anugerah besar yang akan diperoleh anaknya. Itulah pemahaman beliau tentang mimpi tersebut.
Nabi Yaqub juga menyadari bahwa sebelas saudara Nabi Yusuf yang tidak sekandung selama ini selalu cemburu kepadanya. Memang sang ayah mencintainya dan memberi perhatian lebih kepadanya, karena dia anak yang masih kecil, lagi amat tampan dan sangat membutuhkan kasih sayang, karena ibunya meninggal ketika melahirkan adiknya, Benyamin.
Belum lagi pembawaan anak ini (Nabi Yusuf saat masih kecil) yang sungguh mengesankan. Mimpi itu jika diketahui oleh saudara-saudaranya pasti akan lebih menyuburkan kecemburuan mereka. Karena itu, sang ayah memintanya agar merahasiakan mimpinya.
Larangan ini menjadi lebih penting lagi karena mimpi hendaknya tidak disampaikan kecuali kepada yang mengerti, dan yang dapat memberi bimbingan tentang maknanya.