REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Mesir pada Ahad (28/7) memperingatkan tentang risiko membuka medan perang baru di Lebanon dan menyerukan gencatan senjata segera di Jalur Gaza.
Peringatan itu muncul menyusul tewasnya 12 orang dalam serangan rudal di kota Druze Majdal Shams di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel.
Sementara Israel menyalahkan Hizbullah atas serangan yang terjadi pada Sabtu (27/7), kelompok Lebanon itu membantah bertanggung jawab.
Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Mesir mengatakan pembukaan front perang baru di Lebanon "dapat menyeret wilayah itu ke dalam perang regional habis-habisan."
Pernyataan itu menggarisbawahi pentingnya "mendukung Lebanon, rakyatnya, dan lembaga-lembaganya, dan menyelamatkan negara itu dari kengerian perang."
Pernyataan itu menyerukan negara-negara berpengaruh "untuk segera campur tangan guna menyelamatkan rakyat di wilayah itu dari konsekuensi bencana lebih lanjut dari perluasan konflik, yang dapat menimbulkan ancaman bagi perdamaian dan keamanan internasional."
Pernyataan itu menyerukan untuk mencapai "gencatan senjata segera dan menyeluruh untuk mengakhiri penderitaan kemanusiaan di Jalur Gaza sesegera mungkin."
Kekhawatiran meningkat tentang perang besar-besaran antara Israel dan Hizbullah di tengah saling serang lintas perbatasan antara kedua belah pihak.
Eskalasi terjadi di tengah serangan mematikan Israel di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 39.300 korban sejak Oktober 2023, menyusul serangan oleh kelompok perlawanan Palestina, Hamas.
Sebelumnya, Gerakan perlawanan Islam asal Lebanon, Hizbullah, mengatakan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bahwa insiden di Kota Majdal Shams di Dataran Tinggi Golan yang dikuasai Israel berkaitan dengan rudal pencegat milik Israel yang jatuh di wilayahnya, menurut portal Axios.
Menurut militer Israel, 12 orang muda dan anak-anak tewas pada Sabtu (27/7) dalam serangan di Dataran Tinggi Golan. Hizbullah membantah keterlibatan dalam serangan itu. Meski demikian, pejabat Israel mulai menyatakan bahwa perang melawan Hizbullah dan Lebanon akan segera terjadi.