Senin 05 Aug 2024 08:41 WIB

Tren Pengangguran di Pedesaan DIY Naik, di Perkotaan Justru Turun  

Covid-19 berpengaruh mempercepat terjadinya transformasi ketenagakerjaan di DIY.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Fernan Rahadi
Pengangguran (ilustrasi)
Pengangguran (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA — Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) DIY menyebut ada perbedaan tren pengangguran di perkotaan dan pedesaan di Provinsi DIY. Kepala Disnakertrans DIY, Aria Nugrahadi mengatakan, pihaknya mencatat tren pengangguran di perkotaan turun dengan cukup signifikan. 

Hal ini berbanding terbalik dengan yang terjadi di pedesaan. Pasalnya, pihaknya mencatat bahwa di pedesaan justru tren pengangguran mengalami kenaikan. 

"(Tren pengangguran) Di perkotaan ini trennya turun cukup signifikan, di pedesaan naik," kata Aria di Yogyakarta belum lama ini. 

Aria menyebut, sejak 2019 hingga 2024 ini tingkat pengangguran terbuka di DIY memang mengalami dinamika. Di 2019 saja misalnya, pihaknya mencatat pengangguran terbuka di DIY naik menjadi 4,7 persen dari yang sebelumnya 3,3 persen. 

Bahkan, ketika Covid-19, justru pengangguran terbuka turun kembali di angka 3,2 persen. "Alhamdulillah angkanya membaik. Tapi yang saya lihat, justru perbedaan tren pengangguran di perkotaan dan pedesaan," ucap Aria.  

Menurutnya, adanya perbedaan tren pengangguran di perkotaan dan pedesaan ini dipengaruhi oleh Covid-19. Sebab, Covid-19 cukup berpengaruh dalam mempercepat terjadinya transformasi ketenagakerjaan di DIY. 

Terutama ketenagakerjaan yang melibatkan atau menggunakan teknologi informasi. "Ketika kita bicara entitas yang ada di perkotaan ini, di sana lebih accessible dengan infrastruktur teknologi informasi, dan lebih punya kapasitas mengakses teknologi informasi (dibanding pedesaan)," jelasnya.

Aria menuturkan, banyak tenaga kerja yang lebih memilih bekerja dengan sistem kemitraan akibat transformasi ketenagakerjaan tersebut. Hal tersebut tentu berbanding terbalik dengan yang ada di pedesaan, dimana infrastruktur khususnya yang berkaitan dengan teknologi informasi tidak begitu memadai.

"Ditambah pada saat Covid-19, banyak usia 45 tahun mengalami PHK dan pulang ke desa, sehingga ini (tingkat pengangguran) trennya naik di desa," ungkap Aria. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement