Senin 05 Aug 2024 13:32 WIB

Indodax: Penurunan Harga Bitcoin Jadi Peluang Atur Strategi dan 'Serok'

Volatilitas harga bitcoin wajar terjadi setelah kenaikan yang tinggi sebelumnya.

Ppenurunan harga Bitcoin (BTC) merupakan bagian dari koreksi pasar yang lebih luas dan menjadi peluang untuk kembali mengatur strategi investasi.
Foto: AP/Kin Cheung
Ppenurunan harga Bitcoin (BTC) merupakan bagian dari koreksi pasar yang lebih luas dan menjadi peluang untuk kembali mengatur strategi investasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- CEO Indodax Oscar Darmawan menilai, penurunan harga Bitcoin (BTC) merupakan bagian dari koreksi pasar yang lebih luas dan menjadi peluang untuk kembali mengatur strategi investasi. Penurunan tersebut juga berdampak pada altcoin lainnya, salah satunya Ethereum (ETH) yang kini diperdagangkan di angka 3,149.40 dolar AS, turun kurang lebih 7,2 persen dalam periode yang sama.

Sebagai informasi pada Senin (29/7/2024), harga Bitcoin berada di sekitar level 70.000 dolar Amerika Serikat (AS). Namun, pada Jumat (2/8), harga Bitcoin turun di bawah level 64.470 dolar AS dan mencatatkan penurunan sekitar 7,95 persen.

Baca Juga

Penurunan ini telah melikuidasi pasar Bitcoin senilai 38,83 juta dolar AS pada 31 Juli 2024.

“Dalam jangka pendek, volatilitas seperti ini dapat menjadi hal yang umum, terutama setelah kenaikan harga yang tajam. Namun, penting untuk melihat koreksi ini sebagai peluang untuk kembali mengatur strategi investasi," kata Oscar dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin (5/8/2024).

Oscar menjelaskan, koreksi itu dapat dipicu oleh beberapa faktor, termasuk dampak dari Mt. Gox, di mana proses pembayaran kepada kreditor masih berlangsung. Juga, faktor-faktor lain seperti arus keluar ETF BTC pada Rabu, 31 Juli 2024, dan hasil keputusan The Fed dalam mempertahankan suku bunga acuan.

Seperti diketahui, berdasarkan keputusan terbaru Federal Open Market Committee (FOMC), suku bunga berada di 5,5 persen sekaligus memberikan sinyal bahwa suku bunga mungkin akan turun pada bulan September.

Kebijakan yang dikeluarkan oleh FOMC turut mempengaruhi harga aset kripto, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal itu dikarenakan aset kripto dipercaya bergerak berlawanan dengan dolar AS.

“Meskipun saat ini harga Bitcoin mengalami tekanan, posisi harga masih menunjukkan potensi bullish jangka panjang. Investor harus melihat ini sebagai kesempatan untuk mengevaluasi posisi mereka," kata Oscar.

Ia juga menjelaskan, jika Bitcoin dapat kembali mempertahankan level harga di atas 70 ribu dolar AS dan menembus resistensi yang lebih tinggi, maka akan ada potensi kenaikan harga yang signifikan. Pasar kripto tetap dinamis dan investor harus siap untuk beradaptasi dengan perubahan cepat.

Oscar juga mengajak para investor untuk ‘serok’ Bitcoin sebagai peluang investasi. Tetapi, dengan catatan harus siap dengan risiko jika terjadi penurunan seperti sekarang.

Ia mengindikasikan bahwa saat ini merupakan waktu yang baik untuk menambah posisi di Bitcoin, mengingat historis potensi keuntungan jangka panjang yang ada.

Adapun untuk memanfaatkan volatilitas pasar dan mengoptimalkan investasi dalam Bitcoin dan Ethereum, INDODAX menawarkan fitur ‘Investasi Rutin’ dengan teknik investasi Dollar Cost Averaging (DCA). Fitur ini memungkinkan investor untuk membeli aset kripto secara berkala dengan jumlah tetap, mengurangi dampak fluktuasi harga jangka pendek dan membantu membangun portofolio kripto dengan cara yang terencana.

Selain fitur ‘Investasi Rutin,’ INDODAX juga memiliki fitur ‘Earn.’ Fitur ‘Earn’ memudahkan pengguna untuk mendapatkan keuntungan melalui staking. Pengguna bisa melakukan staking Ethereum di INDODAX dalam periode tertentu, dan memperoleh imbalan berupa Staking Rewards.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement