REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Britania Raya, dr Dyah Mustikaning Pitha Prawesti menceritakan latar belakang terjadinya protes anti imigran yang berujung kerusuhan di beberapa kota di Inggris. Menurut Dyah, ketegangan tersebut dimanfaatkan kalangan ekstremis kanan untuk meningkatkan Islamofobia di negeri Raja Charles.
Dyah mengatakan, protes anti-imigrasi di Inggris sebenarnya sudah banyak letupan. Meski demikian, pemicu terbesar peristiwa tersebut adalah penusukan yang dilakukan oleh seorang remaja berusia 17 tahun di Southport pekan lalu. Akibat penusukan tersebut, tiga orang anak berusia di bawah 10 tahun meninggal dunia, sementara beberapa remaja dan gurunya terluka parah.
"Karena penyerangan itu maka membuat orang-orang marah, yang tidak menolong adalah hukum di Inggris ini, karena penyerangnya di bawah umur yakni baru berumur 17 tahun, jadi tidak disebutkan namanya dan identitasnya, memang hukumnya seperti itu," kata Dyah kepada Republika, Senin (5/8/2024)
Setelah itu, muncul banyak spekulasi di media sosial mengenai siapa pelakunya. Salah satu spekulasi yang santer itu berasal dari kalangan ekstremis kanan. Tokohnya mengatakan bahwa pembunuhan anak-anak itu dilakukan oleh imigran. Mereka juga menyebut namanya dan dispekulasikan sebagai imigran Muslim sebagai pelakunya.