REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perhatian masyarakat Indonesia saat ini tertuju pada anggota Paskibraka untuk kegiatan upaya peringatan HUT ke-79 RI di Ibu Kota Nusantara (IKN) Kalimantan Timur. Betapa tidak, mereka terpaksa harus meninggalkan jilbabnya saat acara pengukuhan karena aturan yang dibuat Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
Kasus ini menarik perhatian mantan anggota Paskibraka atau purna Paskibraka Alifa Khairunnisa Adelia. Ia melihat ini sesuatu yang aneh. Sebab, saat dia masih aktif ataupun purna Paskibra, tak ada aturan atau larangan peserta Paskibra untuk mengenakan hijab.
Ketika dihubungi Republika.co.id, Rabu (14/8/2/2024), Alifa menceritakan, justru melalui Paskibraka-lah titik awal ia menggunakan jilbab. Sejak sat itu hingga sekarang, ia tetap istiqomah mengenakan hijab dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Ia bercerita, pada 2016 menjadi anggota Paskibra tingkat Provinsi Banten mewakili Kota Tangerang Selatan. Saat itu, Alifa mengaku belum berjilbab.
Setahun berikutnya, ia yang sudah Purna Paskibra atau sudah tidak bertugas lagi mendapat tawaran kembali menjadi Paskibraka saat kirab di Istana Merdeka ke Monas.
"Waktu itu untuk mendampingi peserta dari DKI Jakarta dan dicari dari provinsi terdekat. Sayalah yang diminta," ujarnya.
Namun saat itu, lanjut Alifa, pembawa Baki bendera pusaka asal DKI Jakarta tidak berhijab. Jadi untuk menunjukkan keberagaman Indonesia. Alifa diminta untuk berjilbab. "Tanpa ragu, saya menerima tawaran tersebut. Waktu itu saya yang masih muda dulu pikirnya temporer saja, tahunya dari sana memang jalan untuk pakai hijab."
Atas keputusan tersebut orang tua dan teman-teman tidak menyangka dan memberikan dukungan. Ia merasakan setelah berjilbab, perasannya tetap nyaman.
"Sampai saat ini, masih berjilbab. Mohon doanya saya bisa Istiqomah berhijab. Apalagi saat ini hijab tak menghalangi kegiatan apa pun, ada pebasket, perenang yang berhijab," kata lulusan SMAN 4 Tangsel ini.
Ia mengatakan, untuk Paskibraka seingatnya tak ada larangan berjilbab. Indonesia benar-benar menerapkan Bhineka Tunggal Ika. "Apa pun warna kulit, suku, bahasa, agama, semua diterima di Paskibra. Non Muslim atau muslim yang tak berhijab juga tidak masalah. Muslim yang berhijab pun tidak masalah," ungkapnya.
Kalau ada aturan yang melarang berjilbab, baginya itu akan menjadi aneh. Peserta dari mayoritas Muslim dan menggunakan jilbab, kemudian tiba-tiba saat pengukuhan tidak mengenakannya, pasti menimbulkan pertanyaan publik.
"Jadi untuk adik-adik paskibra yang berhijab jangan takut. Hijab bukan penghalang kegiatan apa pun termasuk paskibra," tegasnya.