REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Penasihat Khusus Presiden Negara Palestina untuk Hubungan Internasional, Riyad al-Maliki mengungkapkan bahwa serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023 telah mengungkapkan titik lemah Israel dan gagalnya sistem keamanan nasional Israel.
Riyad al-Maliki mengatakan, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu memahami mengapa sistem keamanan nasional Israel gagal, masalahnya karena ada orang-orang Palestina yang tinggal di tanah yang disebut Palestina. Maka satu-satunya cara bagi Israel untuk mengamankan sistem keamanan nasional mereka adalah dengan menghilangkan keberadaan semua orang Palestina dari tanah Palestina.
Riyad al-Maliki mengatakan, apakah melenyapkan orang-orang Palestina mungkin dilakukan Israel? Tentu saja dalam situasi saat ini itu tidak mungkin.
"Karena anda tahu ada hampir 6,97 juta warga Palestina yang tinggal di Tepi Barat, termasuk Yerusalem dan Jalur Gaza. Satu-satunya cara bagi Netanyahu untuk dapat menyingkirkan keberadaan demografis warga Palestina tersebut adalah dengan menyerukan perang regional," kata Riyad al-Maliki dalam Diskusi yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dan Kedutaan Besar Palestina di Jakarta, Selasa (20/8/2024)
Menurut Riyad al-Maliki, Israel tidak hanya perang yang terbatas di Gaza, tetapi ingin perang yang melampaui Gaza. Itulah satu-satunya cara untuk dapat menggambar ulang peta wilayah Israel.
Dengan menggambar ulang peta wilayah Israel, maka ada kemungkinan untuk menyingkirkan orang-orang Palestina yang tinggal di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Jadi itulah sebabnya Israel mencoba menyeret Amerika Serikat (AS) ke dalam konflik tersebut.
"Itulah sebabnya ia (Israel) ingin memperluas perang itu melampaui Gaza, Tepi Barat, ke Lebanon, ke Suriah, ke Irak, ke Iran, ke Yaman, ke mana-mana," ujar Riyad al-Maliki dalam diskusi bertema Perjuangan Palestina yang Tak Pernah Berakhir untuk Memperoleh Negara, Hak Asasi Manusia (HAM), dan Keadilan.
Riyad al-Maliki menerangkan, Israel berpikir saat mereka memperluas perang, khususnya ke Iran, maka Israel yakin bahwa Amerika akan mendukung dan membelanya. Jadi Israel yakin ini adalah satu-satunya cara jika Israel ingin menyingkirkan kehadiran bangsa Palestina di Tepi Barat.
Riyad al-Maliki menambahkan, Netanyahu pada tanggal 7 Oktober 2023 menyatakan bahwa tujuan perangnya melawan Gaza sangat jelas. Yakni untuk memusnahkan Hamas sepenuhnya dari Gaza dan menghancurkan kemampuan militernya, untuk mengakhiri kendalinya atas Gaza dan untuk membawa kembali tahanan Israel atau sandera Israel.
Netanyahu mengatakan mencari kemenangan mutlak. Namun, kemenangan mutlak seperti itu tidak dapat terjadi jika perangnya sangat terbatas pada wilayah Gaza saja. Karena setelah 10 bulan berperang dan menggunakan senjata paling canggih milik Israel di Gaza, bahkan Israel menghancurkan, melenyapkan dan melakukan genosida terhadap orang-orang di Gaza, Israel tetap tidak dapat mencapai kemenangan mutlak itu.
"Satu-satunya cara untuk mencapai kemenangan mutlak itu adalah jika ia (Israel) mengubah perangnya menjadi perang regional, dan kemudian ia akan melibatkan Amerika, dan itulah satu-satunya cara untuk mencapai kemenangan mutlak," jelas Riyad al-Maliki.
Riyad al-Maliki mengungkapkan, untuk melenyapkan bangsa Palestina di Gaza, Netanyahu dan tentara Israel membunuh sebanyak mungkin orang Palestina. Caranya dengan membombardir semua orang Palestina di mana-mana dan dengan membunuh orang secara massal. Israel menghancurkan infrastruktur, aliran listrik, air, sekolah, rumah sakit dan semuanya.
"Jadi Israel mulai melakukan (penghancuran) ini, dan ia terus melakukannya hingga hari ini, melakukan hal yang persis sama, dan ia tidak akan berhenti. Siapa pun yang berpikir bahwa Netanyahu akan berhenti (menghancurkan Palestina), maka orang itu tidak memahami mentalitas dan pemikiran Netanyahu," ujar Riyad al-Maliki.
Riyad al-Maliki mengatakan, Netanyahu juga membuat wilayah Gaza jadi tidak layak huni, sebuah wilayah yang tidak dapat menawarkan kehidupan dan sekadar air minimum. Maka dari itu, Israel bermaksud membunuh orang Palestina, juga menghancurkan segalanya seperti sekolah, rumah sakit, jalan, infrastruktur, gereja, masjid, dan lain sebagainya.
"Jadi sekalipun ada orang yang masih tinggal di Gaza, tidak akan ada cara bagi mereka untuk bertahan hidup di Gaza, karena tidak ada yang tersisa di Gaza bagi mereka untuk hidup di sana, Netanyahu telah menghancurkan segalanya, dan ketika tidak ada yang tersisa di Gaza maka yang akan dilakukan orang-orang yang masih hidup adalah berpikir untuk pergi, mencari tempat lain," kata Riyad al-Maliki.