REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Regulator dan polisi Korea Selatan berjanji untuk memerangi deepfake yang mengeksploitasi secara seksual. Mereka juga mendesak Telegram dan perusahaan media sosial lainnya untuk bekerja sama dalam menindak praktik tersebut.
Mengapa kejahatan seksual deepfake jadi sorotan di Korea Selatan? Baru-baru ini, beberapa media melaporkan bahwa gambar dan video deepfake yang bersifat eksplisit secara seksual dari perempuan Korea Selatan sering ditemukan di ruang obrolan Telegram.
Pada saat yang sama, penggemar K-pop internasional semakin aktif di media sosial, menyerukan tindakan tegas hingga berbagi tips tentang cara mengekspos chatroom semacam itu. Protes tersebut juga menyusul hukuman yang dijatuhkan pada bulan ini terhadap seorang pria atas keterlibatannya dalam kasus pornografi deepfake yang menargetkan mahasiswi di Seoul National University.
Korea Selatan adalah negara yang paling banyak menjadi sasaran pornografi deepfake, dengan penyanyi dan aktrisnya merupakan 53 persen dari individu yang ditampilkan dalam deepfake tersebut. Demikian menurut laporan tahun 2023 tentang deepfake secara global oleh Security Hero, sebuah perusahaan rintisan AS yang berfokus pada perlindungan pencurian identitas.