Ahad 22 Sep 2024 09:06 WIB

Jelang Setahun Genosida, Eropa Menyala oleh Unjuk Rasa Pro-Palestina

Genoisda yang dilakukan Israel di Gaza telah menewaskan leih dari 42 ribu jiwa.

Poster pro-Palestina yang ditempel di berbagai tempat di Chicago, Illinois, Amerika Serikat.
Foto: X
Poster pro-Palestina yang ditempel di berbagai tempat di Chicago, Illinois, Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS – Menjelang setahun genosida yang dilakukan Israel di Jalur Gaza, berbagai kota di Eropa didera aksi unjuk rasa pro-Palestina. Ribuan pengunjuk rasa di berbagai negara tersebut menyerukan gencatan senjata dan menuntut tanggung jawab Israel atas kejahatan yang mereka lakukan di Gaza.

Di seluruh Eropa, ribuan orang berpartisipasi dalam protes di berbagai lokasi, termasuk Paris, Wina, Uppsala, Stockholm, Milan, Maastricht, Liverpool, Odense, Kopenhagen, Helsinki, Hamburg, Freiburg, dan Berlin, semuanya mengadvokasi rakyat Palestina dan menyerukan gencatan senjata dan penyaluran bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Baca Juga

Genosida di Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023 lalu sebagai balasan brutal Israel atas serangan pejuang Palestina pada hari yang sama. Sejak itu, sedikitnya 42 ribu warga Gaa, kebanyakan anak-anak dan perempuan jadi syuhada dan puluhan ribu lainnya terluka. Tentara Israel juga menghancurkan hampir semua sekolah, rumah sakit, dan fasilitas umum di Gaza. Sejuta lebih pengungsi kini hidup berpindah-pindah akibat bombardir yang dilakukan Israel.

Israel tengah didakwa di Mahkamah Internasional dengan tudingan melakukan genosida di Gaza. Mahkamah memutuskan pada Januari lalu bahwa memang ada bukti-bukti mengarah kepada genosida dan memerintahkan Israel melakukan tindakan mencegah hal tersebut. Israel tak menggubris putusan sela itu.

Kantor berita WAFA melansir, para pengunjuk rasa mengibarkan bendera Palestina dan memegang poster yang mengecam kejahatan yang dilakukan pendudukan Israel terhadap rakyat Palestina. Para peserta menekankan perlunya mengakhiri standar ganda dan menuntut akuntabilitas atas tindakan pendudukan, khususnya terkait kekerasan yang menimpa anak-anak.

Di Bremen, Jerman, komunitas Palestina mengadakan demonstrasi besar-besaran yang mengecam agresi yang sedang berlangsung dan kekejaman pendudukan Israel di Gaza dan Tepi Barat, termasuk Yerusalem. Demonstrasi tersebut dihadiri oleh anggota komunitas Arab dan Islam, pendukung dari Eropa, dan perwakilan dari partai politik Jerman.

Khususnya, Detlef Griesche, mantan anggota parlemen Jerman dari Partai Sosial Demokrat, menghadiri protes tersebut sebagai presiden kehormatan Masyarakat Jerman-Palestina. Para pengunjuk rasa di Bremen membawa bendera Palestina dan Lebanon, serta spanduk yang menyatakan solidaritas terhadap rakyat Palestina dan mengecam tindakan militer Israel.

Samer Bilal Aslan, ketua komunitas Palestina di Bremen dan sekitarnya, menyatakan bahwa dunia dan komunitas internasional menolak pendudukan dan kejahatan perang yang dilakukan terhadap rakyat Palestina di Gaza dan Tepi Barat, dan mengakui bahwa pendudukan ini ilegal.

Selain itu, aktivis iklim Greta Thunberg, dalam demonstrasi di Stockholm, menggambarkan genosida yang terjadi di Palestina sebagai sesuatu yang “mengerikan,” dan menegaskan bahwa diam dalam menghadapi kekejaman tersebut sama dengan “keterlibatan.”

Aktivis iklim Greta Thunberg mengutuk kekejaman Israel yang sedang berlangsung di Palestina sebagai "genosida yang mengerikan" dalam demonstrasi di Stockholm, Swedia, yang dihadiri oleh ribuan orang yang mendukung rakyat Palestina. Thunberg menekankan bahwa diam mengenai tindakan ini berarti keterlibatan.

Berbicara kepada wartawan, dia mengungkapkan ketidakpercayaannya bahwa orang-orang dapat menyaksikan genosida yang terjadi secara langsung dan melanjutkan kehidupan sehari-hari mereka tanpa rasa khawatir. “Siapapun yang mempunyai kemampuan untuk bertindak harus bersuara dan melakukan segala kemungkinan untuk menghentikannya,” tegasnya.

Thunberg menyarankan agar negara-negara seperti Swedia dapat mengambil tindakan seperti memboikot perusahaan Israel, menarik investasi, dan menjatuhkan sanksi.

Protes tersebut terjadi di daerah Odenplan di Stockholm, yang diorganisir oleh berbagai kelompok masyarakat sipil untuk mengecam serangan Israel yang sedang berlangsung di Gaza. Para peserta mengibarkan bendera Palestina dan memegang poster berisi pesan-pesan seperti "Anak-anak dibunuh di Gaza", "Hentikan genosida", dan "Palestina selamanya".

Lebih dari 15.000 orang berunjuk rasa di Liverpool, Inggris, pada Sabtu (21/9/2024) untuk memprotes penjualan senjata Inggris ke Israel. Mereka  menyerukan kepada pemerintah Inggris agar menghentikan pengiriman senjata yang digunakan untuk genosida.

Massa berkumpul sebagai bagian dari Pawai Nasional ke-19 untuk Palestina. Mereka bergerak menuju konferensi Partai Buruh sebagai bentuk solidaritas dengan warga Palestina. Para demonstran mengkritik keterlibatan pemerintah dalam genosida Israel terhadap warga Palestina. Mereka menuntut diakhirinya semua pasokan senjata ke Israel, lapor Anadolu Agency.

Pawai Nasional berikutnya untuk Palestina akan diadakan pada tanggal 5 Oktober di London, menandai satu tahun serangan Israel di Gaza. Israel telah melanjutkan serangan brutalnya di Gaza sejak serangan Hamas Oktober lalu meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement