Selasa 26 Nov 2024 16:29 WIB

Narapidana Pembakar Alquran di Rusia Divonis Bersalah Atas Pengkhianatan Negara

Pembakar Alquran mengakui pengkhianatan yang dilakukan

Ilustrasi bendera Rusia. Pembakar Alquran mengakui pengkhianatan yang dilakukan
Foto: AP Photo
Ilustrasi bendera Rusia. Pembakar Alquran mengakui pengkhianatan yang dilakukan

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Seorang pria Rusia yang sedang menjalani hukuman penjara karena membakar salinan Alquran dinyatakan bersalah oleh pengadilan pada hari Senin (25/11/2024) dalam kasus pengkhianatan yang terpisah dan dijatuhi hukuman 14 tahun penjara.

Pengadilan regional di Volgograd, Rusia barat daya, menyatakan bahwa Nikita Zhuravel (20) bersalah melakukan pengkhianatan negara karena melakukan komunikasi daring dengan seorang anggota Dinas Keamanan Ukraina dan melakukan tindakan yang “ditujukan untuk melawan keamanan Federasi Rusia.”

Baca Juga

Kasus Zhuravel menarik perhatian tahun lalu ketika pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov mempublikasikan video yang menunjukkan putranya, Adam, yang saat itu berusia 15 tahun, memukuli dan menendangnya ketika dia berada di penjara di Chechnya menunggu persidangan atas tuduhan membakar Alquran di Volgograd, kampung halamannya.

Kadyrov, sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin, telah menempatkan dirinya sebagai pembela setia iman Islam di republik yang mayoritas penduduknya beragama Islam itu, tempat Zhuravel dipindahkan setelah apa yang menurut para penyelidik Rusia adalah tekanan publik dari warga Chechnya.

Kantor Jaksa Agung Rusia mengatakan bulan lalu bahwa Zhuravel juga dituduh mengirimkan rekaman kereta api yang membawa pesawat tempur, dan informasi tentang pergerakan sebuah mobil yang terkait dengan pangkalan militer Rusia kepada perwakilan intelijen Ukraina.

Zhuravel telah mengaku bersalah atas kejahatan tersebut, kata pengadilan dalam sebuah pernyataan di Telegram pada hari Senin, dan menambahkan bahwa ia telah menentang apa yang disebut Moskow sebagai operasi militer khusus di Ukraina.

Pengadilan menerbitkan video yang menunjukkan para penjaga bersenjata menggiring Zhuravel, dengan rambut cepak dan janggut pendek, menuruni tangga gedung pengadilan dengan borgol.

Reuters tidak dapat segera menghubungi pengacaranya untuk menanyakan tentang pengakuan bersalah yang dilaporkan dan apakah dia berencana untuk mengajukan banding. Kasus-kasus pengkhianatan, yang diadakan secara tertutup, hampir tidak pernah menghasilkan putusan bebas, demikian menurut statistik resmi.

Jumlah kasus semacam itu meningkat tajam di Rusia sejak dimulainya perang di Ukraina, ketika badan-badan intelijen melakukan tindakan keras terhadap para tersangka mata-mata dan agen asing.

Yevgeny Smirnov, seorang anggota asosiasi pengacara Rusia bernama Pervy Otdel (Departemen Pertama) yang di masa lalu membantu membela orang-orang yang dituduh berkhianat, mengatakan bahwa Badan Keamanan Federal Rusia (FSB) terkadang mencoba menjebak orang.

Dia mengatakan FSB menghubungi orang-orang yang diketahui menentang perang melalui internet dan mendorong mereka untuk melakukan kejahatan, seperti membakar gedung-gedung militer atau mengirim informasi sensitif terkait militer Rusia.

BACA JUGA: Media Ungkap Israel Hadapi Kekurangan Senjata Parah Selama Perang Gaza dan Lebanon

Reuters tidak dapat memverifikasi pernyataannya secara independen. Rusia jarang mengomentari kasus-kasus kriminal individu.

Zhuravel sedang menjalani hukuman tiga setengah tahun penjara setelah divonis bersalah pada Februari lalu atas tuduhan menghina umat beragama. Para penyelidik mengatakan bahwa ia telah mengaku membakar Alquran di depan umum dalam sebuah aksi yang dibiayai oleh intelijen Ukraina.

Tidak jelas dalam situasi apa pengakuan tersebut dibuat.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement