Senin 30 Dec 2024 22:59 WIB

Tanda Anda Belum Dewasa dalam Beribadah Menurut Syekh Ibnu Athaillah

Beribadah kepada Allah SWT harus dilakukan dengan tulus

Ilustrasi berdoa. Beribadah kepada Allah SWT harus dilakukan dengan tulus
Foto: AP Photo/Reza Saifullah
Ilustrasi berdoa. Beribadah kepada Allah SWT harus dilakukan dengan tulus

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari mengungkapkan tanda ibadah seorang hamba belum dewasa.

Yakni ketika hamba tersebut memohon sesuatu kepada Allah SWT, kemudian Allah memberinya maka hamba tersebut bahagia. Namun ketika Allah menunda atau tidak memberikan yang hamba tersebut inginkan, maka hamba tersebut merasa tidak senang dan bersedih.

Baca Juga

مَتَى كُنْتَ إِذَا أُعْطِيْتَ بَسَطَكَ الْعَطَاءُ، وَإِذَا مُنِعْتَ قَبَضَكَ الْمَنْعُ، فَاسْتَدِلَّ بِذَلِكَ عَلَىَ ثُبُوْتِ طُفُوُلِيَّتِكَ، وَعَدَمِ صِدْقِكَ فِيْ عُبُوْدِيَّتِكَ.

"Ketika kamu diberi, maka kamu akan bahagia. Ketika kamu ditolak, maka kamu akan cemberut. Berdasarkan hal itu, ketahuilah bahwa kamu masih kanak-kanak, dan ibadah kamu belum tulus." (Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari, Al-Hikam)

Perhatikanlah diri kita baik-baik. Jika kita bahagia ketika mendapatkan sesuatu yang kita inginkan, tapi bersedih ketika tidak berhasil mendapatkan sesuatu yang kita inginkan.

Maka itu menunjukkan bahwa kita masih kekanak-kanakan seperti anak-anak, dan itu menunjukan ibadah yang kita jalankan belum sepenuhnya benar.

Kenapa dikatakan masih kanak-kanak? Cobalah kita perhatikan anak kita sendiri. Jika kita memberikannya hadiah atau sesuatu yang diinginkannya, maka ia akan bahagia. Ketika kita tidak memberikan sesuatu yang diinginkannya, maka ia akan menangis. Yah, itulah sifat dan karakter dasar anak-anak.

Jika kita bersikap seperti itu kepada Allah SWT, itu artinya kita belum dewasa sebagai hamba-Nya. Keyakinan dan rasa tawakkal kita belum mencapai kesempurnaan. Masih banyak yang harus kita introspeksi dengan sebaik-baiknya.

Sikap seperti itu juga menunjukkan ketidaktulusan kita dalam beribadah kepada Allah SWT, dikutip dari kitab Al-Hikam dengan penjelasan tambahan oleh Penyusun dan Penerjemah Al-Hikam DA Pakih Sati Lc dalam buku Kitab Al-Hikam dan Penjelasannya.

Jika ibadah yang kita kerjakan selama ini tulus dan benar-benar mengharapkan ridha-Nya, maka kita tidak akan merasakan perbedaan antara diberi dan ditolak. Bagi kita, keduanya sama saja saat diberi taua ditolak.

Jika Allah SWT memberikan sesuatu yang kita minta, maka kita bersyukur kepada-Nya, semakin rajin menjalankan semua perintah dan menjauhi semua larangan-Nya. Jika permintaan kita ditolak maka kita akan introspeksi diri.

Jika ada kesalahan yang selama ini kita lakukan maka kita akan berusaha menjauhinya. Jika rasanya tidak ada kesalahan yang kita lakukan, maka ketahuilah bahwa Allah menginginkan sesuatu yang lebih baik bagi kita atau bisa jadi Allah menunda pengabulan doa kita.

Bagaimanapun, semua yang ditentukan oleh Allah SWT dan ditakdirkan bagi hamba-Nya adalah poin terbaik. Bersyukurlah, dan jangan pernah mencela ketentuan Allah SWT.

photo
Infografis Cara Mengatasi Gangguan Setan Saat Beribadah - (Republika.co.id)

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement