Rabu 13 Apr 2022 15:08 WIB

Laporan: Militer Iran Bantu Selundupkan Senjata dari Irak ke Rusia

Di antara senjata yang ditransfer ke Rusia adalah sistem rudal Bavar 373 Iran.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
 Seorang pria terlihat melalui lubang peluru di bus bersenjata mesin setelah penyergapan di kota Kyiv, Ukraina, Jumat, 4 Maret 2022. Jaringan Iran telah berupaya menyelundupkan senjata dari Irak ke Rusia.
Foto: AP Photo/Emilio Morenatti
Seorang pria terlihat melalui lubang peluru di bus bersenjata mesin setelah penyergapan di kota Kyiv, Ukraina, Jumat, 4 Maret 2022. Jaringan Iran telah berupaya menyelundupkan senjata dari Irak ke Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Jaringan Iran telah berupaya menyelundupkan senjata dari Irak ke Rusia. Hal ini menyusul rencana Moskow untuk segera menyerang ibukota Ukraina dan menggulingkan pemerintahan.

Intelijen dan sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan, di antara senjata yang ditransfer ke Rusia adalah sistem rudal Bavar 373 Iran. Pasukan Mobilisasi Populer (PMF) Irak yang didukung Iran dilaporkan mengirim dua sistem peluncur roket Astros II, yang dirancang Brasil ke Iran pada 1 April.

Baca Juga

Menurut laporan yang mengutip seorang komandan milisi yang didukung Iran, PMF mengirim granat berpeluncur roket dan rudal anti-tank ke Iran melalui penyeberangan perbatasan Salamja pada 26 Maret. Dari sana, militer Iran mentransfer senjata ke Rusia melalui laut.

“Kami tidak peduli kemana senjata berat itu pergi (karena kami tidak membutuhkannya saat ini). “Apa pun yang anti-Amerika Serikat (AS) membuat kami bahagia," kata seorang sumber PMF kepada Guardian. 

Para pejabat AS belum memberikan tanggapan terkait laporan penyelundupan senjata dari Iran ke Rusia. Pentagon menolak berkomentar, karena ini akan terkait dengan penilaian intelijen.

Barat menjatuhkan sanksi kepada Rusia karena melakukan invasi ke Ukraina. Sanksi tersebut menargetkan bank, oligarki, keluarga Presiden Vladimir Putin, dan produsen senjata. Moskow dilaporkan sedang berjuang untuk mendapatkan senjata yang dibutuhkan, setelah gagal mengambil alih Ukraina dengan cepat. Sementara AS telah memperingatkan negara-negara lain, terutama China, agar tidak mencoba membantu Rusia menghindari sanksi atau menyediakan senjata.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement