Rabu 21 Sep 2022 06:04 WIB

Sekjen PBB Desak Negara Maju Tarik Pajak Keuntungan Produsen Minyak

Pajak itu dapat digunakan untuk membantu negara yang rugi karena krisis iklim.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak negara kaya untuk menarik pajak keuntungan tak terduga perusahaan-perusahaan bahan bakar fosil.
Foto: Kenzaburo Fukuhara/Kyodo News via AP
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak negara kaya untuk menarik pajak keuntungan tak terduga perusahaan-perusahaan bahan bakar fosil.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak negara kaya untuk menarik pajak keuntungan tak terduga perusahaan-perusahaan bahan bakar fosil. Kemudian menggunakan untuk membantu negara-negara yang dirugikan krisis iklim dan masyarakat yang kesulitan karena kenaikan harga pangan dan energi.

Dalam pidatonya di depan 193 negara anggota Majelis Umum PBB, Guterres meningkatkan serangannya pada perusahaan minyak dan gas. Profit perusahaan-perusahaan itu meledak hingga puluhan miliar dolar.

Baca Juga

"Industri bahan bakar fosil memanen ratusan miliar dolar dalam subsidi dan keuntungan tak terduga sementara anggaran rumah tangga menyusut dan planet kita terbakar," kata, Selasa (20/9/2022).

Selain menekan negara-negara maju untuk mengenakan pajak pada keuntungan tak terduga industri bahan bakar fosil. Ia juga menggunakan pidatonya untuk menjelaskan kemana seharusnya uang itu digunakan.

"Dana itu seharusnya dialihkan dengan dua cara: ke negara-negara yang mengalami kerusakan dan kerugian akibat krisi iklim; dan pada masyarakat yang kesulitan oleh kenaikan harga pangan dan energi," katanya di Majelis Umum.

Inggris sudah meloloskan pajak keuntungan tak terduga produsen gas dan minyak di Laut Utara sebesar 25 persen. Anggota parlemen Amerika Serikat (AS) juga membahas gagasan yang sama walaupun mengalami perdebatan panjang di Kongres.

"Pencemar udara harus membayar," kata Guterres.

Ia mengatakan menjelang Konferensi Iklim PBB COP 27 di Mesir, Guterres mengingatkan kembali para pemimpin dunia untuk mematuhi Perjanjian Paris. "Tingkatkan ambisi iklim kalian, dengarkan rakyat kalian yang meminta perubahan, berinvestasi pada solusi yang mengarah pada pertumbuhan ekonomi berkelanjutan," katanya. 

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

  • 1 kali
  • 2 kali
  • 3 kali
  • 4 kali
  • Lebih dari 5 kali
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَفَمَنْ كَانَ عَلٰى بَيِّنَةٍ مِّنْ رَّبِّهٖ وَيَتْلُوْهُ شَاهِدٌ مِّنْهُ وَمِنْ قَبْلِهٖ كِتٰبُ مُوْسٰىٓ اِمَامًا وَّرَحْمَةًۗ اُولٰۤىِٕكَ يُؤْمِنُوْنَ بِهٖ ۗوَمَنْ يَّكْفُرْ بِهٖ مِنَ الْاَحْزَابِ فَالنَّارُ مَوْعِدُهٗ فَلَا تَكُ فِيْ مِرْيَةٍ مِّنْهُ اِنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّكَ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Maka apakah (orang-orang kafir itu sama dengan) orang yang sudah mempunyai bukti yang nyata (Al-Qur'an) dari Tuhannya, dan diikuti oleh saksi dari-Nya dan sebelumnya sudah ada pula Kitab Musa yang menjadi pedoman dan rahmat? Mereka beriman kepadanya (Al-Qur'an). Barangsiapa mengingkarinya (Al-Qur'an) di antara kelompok-kelompok (orang Quraisy), maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya, karena itu janganlah engkau ragu terhadap Al-Qur'an. Sungguh, Al-Qur'an itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman.

(QS. Hud ayat 17)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement