Tidur Malam Harus Delapan Jam? Tak Semua Pakar Kesehatan Setuju
Saran bahwa tidur harus delapan jam dinilai tidak realistis.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada berbagai saran dan tips berseliweran di media sosial agar seseorang bisa memiliki waktu tidur berkualitas. Salah satunya, rekomendasi tidur delapan jam setiap malam yang disebut sebagai kondisi ideal. Namun, tidak semua pakar sepakat dengan itu.
Psikolog klinis berlisensi Shelby Harris berpendapat, pedoman itu tidak realistis dan justru dapat membuat seseorang merasa pusing ketika bangun. Direktur kesehatan tidur di Sleepopolis itu menjelaskan bahwa waktu tidur yang cukup bagi setiap orang sebenarnya bervariasi.
"Ada kisaran antara tujuh hingga sembilan jam, terkadang hanya enam jam. Tidak harus delapan jam. Jika seseorang tidur nyenyak selama tujuh jam, lalu terbangun dan memaksakan diri tidur delapan jam, itu malah bisa memperburuk kondisinya," kata Harris, seperti dikutip dari laman CNBC, Sabtu (17/9).
Dia menyoroti banyak orang mengalami tekanan dan target untuk bisa tidur nyenyak setiap malam. Padahal, normal-normal saja jika seseorang tidak tidur nyenyak setiap hari. Bahkan, Harris yang merupakan seorang dokter tidak selalu terlelap dengan nyenyak.
Terlebih, bagi orang yang berjuang dengan insomnia. Dalam kasus tersebut, Harris mengatakan upaya untuk memiliki waktu istirahat yang baik perlu dilakukan secara bertahap. Tidur nyenyak di malam hari adalah tujuannya, tetapi tidak perlu terobsesi dengan itu.
Menurut Harris, saran untuk tidur nyenyak bukan sesuatu yang ajaib dan instan. Seseorang hanya perlu menemukan apa pun yang membantu menenangkan otak, menenangkan tubuh, dan hal atau rutinitas yang membuat rileks sebelum berusaha memejamkan mata.
Harris menyarankan untuk mematikan lampu satu jam sebelum tidur jika bisa. Apabila satu jam terlalu lama, mulailah dengan 10 menit lalu tambahkan bertahap menjadi 15 menit dan seterusnya. Perlu diingat bahwa mode jelang tidur bukan cuma soal fisik.
Secara mental, seseorang juga harus beristirahat dengan menyingkirkan segala kecemasan serta daftar kewajiban di hari esok. Harris mengatakan, ada waktu untuk semua itu, bukan pada saat menjelang tidur. Menulis daftar tugas harian dapat menjadi cara menghindarinya.
Kunci lain untuk memiliki waktu istirahat yang baik adalah konsistensi. Ahli saraf tidur sekaligus ketua dewan direktur National Sleep Foundation, Temitayo Oyegbile-Chidi, mengatakan tidur akan menjadi proses yang lebih alami jika seseorang menetapkan waktu yang sama setiap malam.
"Itu mengajarkan tubuh bahwa sudah waktunya untuk tidur. Anda akan menemukan bahwa jika Anda melakukan rutinitas yang sangat spesifik di malam hari, itu akan seperti kata pepatah, 'Tertidur sebelum kepala menyentuh bantal'," ujarnya.
Meski demikian, pengaturan jadwal tidur juga fleksibel dan tidak benar-benar ketat, mengingat rutinitas harian bisa berubah. Sebagai aturan praktis, Oyegbile-Chidi menyarankan untuk tidak melebihi rentang waktu 90 menit dari jadwal tidur yang sudah ditetapkan.
Profesor neurologi di UC Davis itu membagikan cara terbaik untuk membuat tubuh lekas masuk ke mode tidur, yakni bersiap setidaknya 30 menit sebelum tidur. Setengah jam jelang waktu tidur, redupkan lampu, minum teh herbal hangat, atau lakukan meditasi sejenak.
Saran lain dari Oyegbile-Chidi adalah mematikan semua layar, termasuk televisi dan telepon genggam. Bisa pula membaca buku-buku yang tidak menimbulkan kecemasan, serta mendengarkan podcast dengan bahasan atau obrolan yang menenangkan.