Jumat 28 May 2021 23:47 WIB

Saran Dokter Bila Ibu tak Bisa Menyusui Bayi Langsung

Dokter menyarankan penggunaan dot yang tepat jika ibu tak bisa menyusui langsung

Ibu menyusui (ilustrasi)
Foto: Wikimedia
Ibu menyusui (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kadang, ada kondisi tertentu yang menyulitkan ibu menyusui secara langsung. Ibu terpaksa memanfaatkan dot untuk memberikan ASI pada bayinya.

Dokter spesialis gigi anak konsultan dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran (UNPAD), Eriska Riyanti mengingatkan para ibu memilih dot yang tepat. Dengan memilih dot yang tepat bisa menyesuaikan dengan kemampuan menghisap bayi.

Baca Juga

"Bila dot yang digunakan tidak menyesuaikan keadaan anatomi puting ibu dan kemampuan menghisap lidah maka posisi dot berada pada posisi utuh, sehingga keadaan kedap dalam rongga mulut tidak tercapai, menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan rahang serta rongga mulut anak," kata dia, dalam sebuah webinar Jumat (28/5).

Eriska mengatakan, dot yang ibu pilih sebaiknya dirancang secara fisiologis untuk memfasilitasi pergerakan lidah ke depan dan ke atas pada daerah permukaan datar dot. Dengan begitu, aliran air susu tidak akan otomatis mengalir ke tenggorokan bila tidak terjadi gerakan mengisap karena adanya aktivitas otot-otot lidah, pipi, dan bibir. Mekanisme tersebut tidak menimbulkan si Kecil tersedak.

Dia mengatakan dot dari sisi fungsi dan mekanisme harus memenuhi sejumlah syarat. Syaratnya antara lain bisa menyerupai menghisap dari puting ibu.

Penggunaan dot yang tepat juga bisa berpengaruh pada kontrol otonom dan kardiovaskuler. Artinya, saat anak menghisap ritme jantung harus terjaga, kemudian perlu berefek menenangkan anak sehingga tidak merasa gelisah kalau tidak mendapatkan ASI langsung dari payudara ibu.

"Ada kebiasan non-nutrisi biasanya penggunaan dari empeng yang bisa menenangkan, aktivitas otot bayi akan terkoordinasi. Keadaan harus kita pindahkan pada sebuah dot. Tidak mengakibatkan perubahan oklusi, harus diperbaiki atau dikembangkan melalui dot orthodontic," tutur Eriska.

Hasil penelitian dari Departemen Kedokteran Gigi Anak, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran (UNPAD) tahun 2020 menunjukkan, risiko atau masalah yang kerap timbul akibat penggunaan dot, baik jangka pendek maupun jangka panjang dapat dicegah dengan dot yang dikembangkan sesuai prinsip fisiologis yang mendukung ritmik isap yaitu dot orthodontic.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement