Senin 14 Mar 2022 11:37 WIB

Apa yang Terjadi Jika Bom Nuklir Meledak?

Ledakan udara akan memiliki radius ledakan yang lebih luas.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani / Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Bom Nuklir
Foto:

Reaksi fusi ini memicu lebih banyak lagi neutron, yang menciptakan lebih banyak fisi, yang menciptakan lebih banyak fusi, dan seterusnya. Hasilnya, menurut Union of Concerned Scientists, adalah bola api dengan suhu yang menyamai panasnya pusat matahari. Bom termonuklir telah diuji, tetapi tidak pernah digunakan dalam pertempuran.

Berada di titik nol ledakan seperti itu berarti kematian instan. Misalnya senjata nuklir 10 kiloton, setara dengan ukuran bom Hiroshima dan Nagasaki, akan segera membunuh sekitar 50 persen orang dalam radius 3,2 km dari detonasi darat, menurut laporan tahun 2007 dari lokakarya Proyek Pertahanan Pencegahan. Menurut organisasi nonproliferasi ICAN, ledakan udara akan memiliki radius ledakan yang lebih luas.

Kematian tersebut  disebabkan oleh kebakaran, paparan radiasi yang intens dan cedera fatal lainnya. Beberapa dari orang-orang ini akan terluka oleh tekanan dari ledakan.

Ssementara sebagian besar akan terkena cedera dari bangunan yang runtuh atau pecahan peluru yang berterbangan. Kebanyakan bangunan dalam radius 0,8 km dari ledakan akan dirobohkan atau rusak berat.

Situs web pemerintah AS Ready gov menyarakan siapa yang melihat kilatan dari ledakan terdekat harus segera pindah ke ruang bawah tanah atau pusat gedung besar dan tinggal di sana selama setidaknya 24 jam untuk menghindari kejatuhan radioaktif terburuk.

Orang yang selamat akan membawa debu radioaktif dan perlu didekontaminasi. Kemungkinan besar akan menderita luka bakar termal dari ledakan termal awal, menurut buku Nuclear Choice for the Twenty-First Century: A Citizen’s Guide (MIT Press, 2021). Kematian juga bisa datang oleh badai api, kata buku itu, tergantung pada medan zona ledakan. Kebakaran yang disebabkan oleh ledakan awal dapat bergabung dan menciptakan angin yang memicu sendirinya. Badai api seperti itu terjadi di Hiroshima, menurut Departemen Energi AS, melanda 11,4 kilometer persegi.

Kejatuhan radioaktif

Radiasi adalah konsekuensi sekunder, dan jauh lebih berbahaya, dari ledakan nuklir. Risiko paling parah dalam 48 jam setelah ledakan.

Dengan tidak adanya salju atau hujan-yang akan membantu menarik kejatuhan ke tanah lebih cepat- partikel yang tersebar jauh mungkin memiliki radioaktivitas minimal pada saat mereka mengapung ke Bumi, menurut buku pegangan  Nuclear War Survival Skills (Oak Ridge National Laboratory, 1987). Sekitar setengah dari orang yang mengalami dosis radiasi total sekitar 350 roentgen selama beberapa hari kemungkinan besar akan meninggal karena keracunan radiasi akut, menurut buku pegangan tersebut.

 

Orang yang selamat dari kejatuhan berisiko tinggi terkena kanker sepanjang sisa hidup mereka. Menurut ICRC, rumah sakit khusus di Hiroshima dan Nagasaki telah merawat lebih dari 10.000 orang yang selamat dari ledakan tahun 1945 yang diakui secara resmi, dengan sebagian besar kematian dalam kelompok ini disebabkan oleh kanker. Tingkat leukimia pada korban yang terpapar radiasi adalah empat hingga lima kali tingkat tipikal dalam 10 hingga 15 tahun pertama setelah ledakan, menurut Palang Merah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement