REPUBLIKA.CO.ID, REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pemberitaan yang meluas terkait beredarnya video porno yang diduga melibatkan Ariel Peterpan, Luna Maya dan Cut Tari rupanya tidak sebatas di dalam negeri saja tapi sudah mendunia. Tak tanggung, media seperti New York Times atau The Strait Times yang terbit di Singapura menayangkan berita tentang kasus tersebut hampir setiap hari. Bahkan hal yang sama juga dilakukan portal berita paling berpengaruh di Asia, AsiaOne.
Menangapi fenomena tersebut, Guru Besar Komunikasi Antarbudaya, Universitas Padjajaran, Deddy Mulyana, menilai pemberitaan itu menjadikan Indonesia sebagai sasaran tembak media Barat. Ia melihat ada beberapa alasan yang menjadikan Indonesia berpotensi terpuruk citranya di mata Internasional.
Pertama, kata dia, Indonesia adalah negara dengan penduduk yang mayoritasnya beragama Islam. Kedua, Indonesia merupakan salah satu negara berkembang. Ketiga, indonesia merupakan negara yang selalu identik dengan citra negatif seperti sering disebut sebagai sarangnya teroris. "Ketiga faktor itu yang potensial membuat citra Indonesia semakin terpuruk," katanya.
Karena itu, ia menilai seharusnya media Tanah Air berperan mengumpan balik berita tersebut dengan informasi-informasi yang positif seperti keberhasilan seseorang pelajar sekolah menengah dalam menciptakan senjata atau hal lain yang jauh lebih positif. "Ini soal mindset, media memiliki peran yang sangat penting. Namun, lantaran telah menjadi bagian dari industri yang kapitalistik media harus melihat dari kepentingan pengiklan," kata dia.
Faktor kepentingan itu, lanjut Deddy, merupakan bagian dari kehati-hatian media dalam memberitakan sesuatu. Namun, semua itu bisa dihindari dengan keberadaan idealisme pengelola media. Selain itu, Deddy juga memandang peran tokoh masyarakat sangat penting guna membantu terbentuknya mindset yang positif. Perannya berkisar pada perbaikan pendidikan dan pembentukan kultur yang baru.