REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR--Ibarat peribahasa gayung bersambut. Pidato satire mantan Presiden Megawati Soekarnoputri mendapat tanggapan dari anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Syarifuddin Hasan.
Syarif menilai, Mega sebaiknya tidak berkomenter seperti itu. Keberhasilan pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kata Syarif, masih lebih baik dari pemerintahan Mega.
"Tanpa menghormati rasa hormat saya pada Ibu Mega, sebagai negarawan, sebaiknya komentarnya tidak seperti itu," kata Syarif di Istana Kepresidenan Bogor, Kamis (5/8).
Syarif berada di situ sebagai Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah yang mengikuti Rapat Kerja pemerintah bersama gubernur dan pimpinan DPRD provinsi.
Seperti diberitakan sebelumnya, Ketua Umum PDIP ini mengkritik keluhan pemimpin negara yang merasa terzalimi. Menurut dia, keluhan itu dilakukan hanya untuk membentuk opini publik bahwa sang pemimpin adalah korban.
Megawati menyampaikan hal itu dalam pidato politik pada pembukaan Rakornas PDIP di Sentul, Rabu (4/8). Mega juga mengkritik kebijakan pemerintah seperti konversi minyak tanah dan redenominasi.
"Saya pikir kalau bicara angka-angka, tentu kita bisa membandingkan apa yang sudah dicapai oleh pemerintah ini dan apa yang dicapai saat pemerintahan Ibu Mega, kita bisa beradu argumentasi soal itu," begitu kata Syarif. Contohnya, lanjut dia, saat pemerintahan berjalan enam tahun ini, APBN sudah tembus Rp 1.100 triliun, sementara pemerintahan Megawati tidak pernah naik dari Rp 450 triliun.
"Selama pemerintahan (Megawati) tidak pernah tembus enam ratus (APBN Rp 600 triliun). Itu artinya apa? Ekonomi tidak tumbuh. APBN yang Rp 1.100 triliun itu sumbernya 80 persen dari pajak. Pajak itu berarti ada keuntungan. Dari situ saja sudah jelas, bahwa kalau mau dibandingkan ya jauh lah," kata Syarif menegaskan.