REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin mengatakan, krisis keteladanan di kalangan elit agama dan pemerintah mempengaruhi aktualisasi nilai-nilai agama di masyarakat. Masyarakat tidak dapat disalahkan dengan fenomena tuna aksara moral yang kian memprihatinkan. Sebab, suri tauladan telah hilang dari publik figur yang menjadi panutan umat.”Padahal, jika ada keteladanan akan mudah diikuti umat,”kata dia di Jakarta, Jumat (27/8)
Lebih lanjut Din mengungkapkan, krisis keteladanan harus dijadikan fokus perhatian ormas-ormas keagamaan tak terkecuali Muhammadiyah. Upaya tersebut harus menitik beratkan pada rekayasa sosial guna menciptakan suasana dan iklim keberagamaan yang kondusif. Apalagi, masalah utama yang dihadapi umat saat ini adalah kesenjangan antara idealisme agama dan realita umat yang tidak singkron.
Oleh karena itu, Din mengajak segenap masyrakat menjadikan peristiwa Nuzulul Quran sebagai momentum instropeksi. Selayaknya, peringatan Nuzulul Quran tidak dimaknai sebagai seremonial dan ritual tahunan belaka.
Akan tetapi yang lebih penting, menyampaikan pesan dan nilai-nilai Alquran dalam kehidupan sehari-hari. Bentuknya bisa beragam, dibutuhkan kreasi dan inovasi memaknai peringatan Nuzulul Quran itu sehingga pemaknaan peristiwa agung ini dapat dilaksanakan di kehidupan nyata.”Jadikan peringatan hari besar Islam lebih bermakna,”ajak dia.