REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Maskapai penerbangan milik pemerintah Garuda Indonesia dinilai tak profesional. Operator penerbangan yang direncanakan segera menjual sahamnya di lantai bursa itu melakukan penundaan puluhan rute penerbangan dalam tiga hari terakhir ini gara-gara perubahan sistem teknologi informasi IOCS (integrated operational control system) yang menyinergikan jadwal penerbangan, pergerakan pesawat, dan awak kabin.
Menurut pengamat teknologi informasi, Abimanyu W, maskapai Garuda dianggap mencoreng dan mempermalukan bangsa."Kesan yang muncul di mata dunia internasional, seolah kita belum siap dengan teknologi maju dan modern," tuturnya, di Jakarta, Selasa (23/11).
Dia menambahkan, dalam migrasi dari sistem lama ke sistem baru, semestinya ada konsultan yang memperhitungkan kemungkinan yang bakal terjadi. Dengan begitu, risiko yang akan muncul bisa diminimalkan.
Ia mengingatkan, Garuda merupakan perusahaan besar. Dunia internasional pun sudah mengenalnya. Karena itu, persoalan yang sekarang membelit Garuda akan dinilai dunia internasional sebagai ketidakmampuan Indonesia dalam memanfaatkan teknoogi baru.
Sementara itu, pengamat teknoloi informasi lainnya, Kuswadi, lebih memilih berhati-hati. "Saya belum tahu detail persoalan yang sekarang dihadapi Garuda Saya juga tak tahu, konsultannya siapa. Jangan sampai orang lain berkomentar karena tidak mendapa kue dari perusahaan itu," tuturnya.
Kuswadi mengakui pasti ada ada yang salah dalam migrasi sistem itu. Namun, dia tak tahu persis letak permasalahannya.
Akibat migrasi sistem baru ini, puluhan jadwal penerbangan Garuda, baik untuk rute domestik maupun internasioal, dibatalkan dalam tiga hari ini. Penumpang di bandara Soekarno-Hatta juga telantar. Tak hanya itu, Garuda harus mengeluarkan uang tak kurang dari Rp 250 juta untuk mengganti kompensasi penjualan tiket yang dibatalkan karena harus memberi ganti rugi dua kali lipast.