REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON--Dokumen diplomatik Amerika Serikat yang dibocorkan Wikileaks seakan mengguncang dunia. Berbagai pesan rahasia yang menyangkut diplomasi negara adi kuasa itu diungkap ke publik mulai dari masalah nuklir Pakistan, perintah memata-matai PBB, gay, sampai hubungan negara-negara Arab dengan Iran.

Selain permintaan Raja Arab Saudi, Abdullah, agar Amerika Serikat menyerang Iran, memo rahasia lainya yang menyangkut negara di Timur Tengah itu ikut terkuak. Perdana Menteri Qatar, misalnya, mengakui bahwa hubungan antara negaranya dengan Iran dibangun di atas kebohongan. ''Mereka (Iran) berbohong kepada kita, dan kita membohongi mereka.''

Sementara Presiden Yaman sibuk membicarakan upaya serangan rahasia terhadap gerilyawan Alqaidah dengan Amerika. Dari memo yang dipublikasi Wikileaks, Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh, mengatakan bakal mengklaim serangan bom yang dilancarkan pasukan Amerika sebagaia bom dari tentaranya.

Presiden Yaman juga menyetujui usulan Jenderal Petraus dari Amerika untuk mengganti pola serangan kepada Alqaidah, yang semula menggunakan rudal jelajah dengan bom pandu presisi tinggi yang dilontarkan dari luar wilayah Yaman. Dia menilai rudal jelajah itu kurang akurat. Kepada parlemen negaranya, Saleh berbohong bahwa pasukan pemerintah telah melancarkan serangan terhadap basis Alqaidah di Semenanjung Arab.

Dalam sebuah pertemuan membahas Alqaidah dengan Wakil Penasihat Keamanan Nasional Amerika, John Brennan, nota diplomat Amerika yang dibocorkan itu menganggap Presiden Yaman sebagai orang yang acuh, membosankan, dan tak sabar.

Mengenai Libia, nota diplomat Amerika menyindir bahwa Presiden Moamer Ghadafi kerap membutuhkan perawatan khusus dari perawat pirang Ukraina yang menggairahkan. Ghadafi disebutkan juga takut terbang melintasi air, dan lebih memilih tinggal di atas tanah.

Ikuti Whatsapp Channel Republika