REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON - Barack Obama, presiden Amerika Serikat, sejak sebulan lalu ternyata sudah tahu bakal terjadi kerusuhan di Mesir. Pada akhir tahun lalu, Obama telah diperingatkan oleh komunitas intelijen Amerika Serikat mengenai potensi kerusuhan di Mesir.
Demikian pernyataan salah satu pejabat intelijen papan atas dalam kesaksian di Kongres pada Kamis (3/2). Stephanie O'Sullivan, yang dicalonkan oleh Obama untuk mengisi posisi tertinggi kedua dalam bidang intelijen AS, memberikan pendapatnya pada sidang Komite Intelijen Senat. "Kami telah memperingatkan mengenai ketidakstabilan," kata O'Sullivan yang saat ini merupakan wakil direktur Badan Intelijen Pusat (CIA). "Itu pada akhir tahun lalu."
O'Sullivan, yang dicalonkan untuk menjadi wakil direktur intelijen nasional di bawah kepemimpinan direktur James Clapper, memiliki 30 tahun pengalaman di komunitas intelijen AS. "Peristiwa di Mesir dengan cepat berlangsung dan kami sedang berupaya untuk melacaknya di lapangan," katanya.
Senator Saxby Chambliss, salah satu tokoh tingkat tinggi di Partai Republik dalam komite yang dikendalikan Partai Demokrat, meminta O'Sullivan dalam beberapa hari menyediakan waktu untuk memberikan penjelasan yang lebih akurat mengenai kapan para pejabat intelijen mengetahui ancaman terhadap rejim Presiden Mesir Hosni Mubarak.
Mubarak, yang telah bersumpah untuk tidak mencalonkan diri di pemilihan umum mendatang, telah berada di bawah tekanan baik dari pihak Amerika Serikat maupun negara-negara barat. Mubarak didesak mundur di tengah meningkatnya aksi protes berdarah atas pemerintahannya. Mubarak telah memimpin Mesir selama 30 tahun.