REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN - Anggota parlemen Iran mendesak peradilan pada hari Selasa untuk menjatuhkan hukuman mati kepada para pemimpin oposisi yang telah mengobarkan kerusuhan di negara Islam itu awal pekan ini. Satu orang tewas dan puluhan terluka dalam unjuk rasa yang berakhir rusuh, kata media pemerintah.
Pecah bentrokan antara pasukan keamanan dan pengunjuk rasa terjadi ketika ribuan pendukung oposisi berunjuk rasa secara damai, terilhami pemberontakan populer di Mesir dan Tunisia. Unjuk rasa ini menghidupkan kembali protes massa yang mengguncang Iran setelah pemilihan presiden pada tahun 2009.
"(Pemimpin oposisi) Mehdi Karroubi dan Mirhossein Mousavi yang merusak di bumi dan harus duhukum," kata kantor berita resmi IRNA mengutip anggota parlemen mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Julukan "korup di bumi," tudingan yang telah ditujukan pada pembangkang politik di masa lalu, membawa hukuman mati di Iran. Juru bicara Departemen Kehakiman, Gholamhossein Mohseni-Ejei, menyatakan, "Mereka yang menciptakan gangguan publik pada hari Senin akan dihadapkan tegas dan segera."
Pemerintah Iran telah berulang kali menuduh pemimpin oposisi sebagai bagian dari plot Barat untuk menggulingkan sistem Islam. Klaim tersebut telah ditolak oleh Mousavi dan Karroubi.
Anggota Parlemen Ali Larijani menuduh Amerika Serikat dan sekutunya memberikan dukungan kepada oposisi. "Tujuan utama Amerika adalah untuk mensimulasikan peristiwa baru-baru ini di Timur Tengah itu di Iran untuk mengalihkan perhatian dari negara-negara tersebut," kata Larijani.
Protes kini telah berakhir dan kehidupan kembali normal di jalan-jalan Teheran dan kota-kota lain pada Selasa.