REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Anggota Komisi VIII, Ali Maschan Musa, mengatakan Polri juga harus ikut memerhatikan aliran Syiah selain mewaspadai penyebaran Ahmadiyah di Indonesia. Saat ini, kata dia, ada ribuan pemuda-pemuda Indonesia yang belajar Syiah langsung di Iran. Beberapa tahun lagi mereka akan kembali.
“Saya tahun 2007 ke Iran dan bertemu dengan beberapa anak-anak Indonesia di sana yang belajar Syiah. Mereka nanti minta di Indonesia punya masjid sendiri dan sebagainya,” kata Ali dalam rapat dengan Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri, Komjen (Pol) Ito Sumardi, di ruang rapat Komisi VIII DPR, Jakarta, Kamis (3/3).
Kondisi macam itu, kata Ali, juga harus menjadi perhatian Polri ke depan. Ali berharap kejadian kekerasan Cikeusik yang melibatkan Ahmadiyah dan kelompok masyarakat bulan lalu tidak terulang lagi. “Kalau memang kembali, mereka (pelajar Indonesia di Iran) itu akan menjadi pekerjaan Polri,” katanya.
Ali mengatakan adanya pelajar Indonesia yang belajar Syiah di Iran itu datang atas beasiswa dari pemerintah Iran. Jumlah penerima beasiswa itu sebanyak 5000 orang. “Belum lagi beasiswa yang diberikan langsung oleh mullah-mullah di Iran itu. Saya perkirakan jumlahnya bisa 6.000-7.000 orang,” katanya.
Ito Sumardi menganggap informasi dari Ali Maschan Musa merupakan masukan yang baik bagi Polri. Namun, Ito mengatakan Polri perlu kepastian mengenai paham Syiah itu diperbolehkan di Indonesia atau tidak. “Ini masukan yang bagus,” ujarnya singkat.