REPUBLIKA.CO.ID,PALU - Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Saharuddin Daming, mengatakan teror bom di Jakarta pada Selasa (15/3) merupakan ancaman bagi demokrasi di Indonesia. Saharuddin menyatakan hal tersebut saat menghadiri sebuah seminar di Kota Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (16/3).
Dia mengatakan orang-orang yang diteror adalah tokoh politik atau pejabat negara. Sehingga, itu adalah sebuah ancaman demokrasi. "Polisi harus menyelidiki mengapa itu terjadi, dan mengetahui siapa pelakunya," katanya.
Selain menyelidiki pelaku teror, Saharuddin menilai polisi juga harus mencari informasi kenapa orang-orang itu dikirimi paket buku berisi bom. Kedua paket buku berisi bom itu ditujukan kepada tokoh Jaringan Islam Liberal sekaligus politisi Partai Demokrat, Ulil Abshar Abdalla dan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Gories Mere.
Saharuddin berharap aparat bisa menyelidiki kasus ini secara komprehensif dan tidak dilakukan secara parsial.
Ledakan bom di Utan Kayu, Jakarta, itu melukai sejumlah orang. Termasuk Kasat Reskrim Jakarta Timur, Kompol Dodi Rahmawan, yang mengalami luka di tangan kiri saat berupaya menjinakkan bom.
Bom yang ditujukan kepada Kepala BNN, Gories Mere, berhasil diledakkan tim Gegana tanpa menimbulkan korban. Sejumlah pengamat terorisme dan intelijen menyimpulkan teror bom itu terkait aktivitas kedua calon korban yang kerap mengecam keras tindakan terorisme. Teror itu juga dilakukan oleh orang terlatih yang biasa membuat bom.