REPUBLIKA.CO.ID,SIDOARJO--Perajin batik tulis di Sidoarjo akhir-akhir ini kebanjiran order. Apalagi sejak sejak dua tahun terakhir, ketika Pemkab Sidoarjo mewajibkan semua pegawai di Kota Lumpur Lapindo ini memakai batik setiap hari Kamis dan Jum'at.
''Bahkan, anak-anak sekolah pun mulai dari SD hingga SMA atau SMK yang ada di Sidoarjo ini juga wajib memakai batik pada hari-hari tertentu. Ini untuk melestarikan dan mengembangkan kerajinan batik,'' jelas Kepala Bidang Perdagangan Dinas Koperasi Perindustrian Perdagangan, Energi Sumber Daya Alam, Tjarda, Selasa (8/6).
Dia menjelakan, jumlah perajin batik di Sidoarjo ada sebanyak 40 perajin. Mereka tersebar di kampung batik Jetis, Bluru, dan Tulangan. Akhir-akhir ini, kata dia, pesanan terhadap batik ini terus meningkat. Itu setelah pemerintah daerah mewajibkan setiap Kamis dan Jumat pegawai mengenakan seragam berbahan batik.
Menurut dia, masyarakat bangga mengenakan pakaian batik. Alasannya, batik Sidoarjo itu sudah terkenal sejak 1920. Sejumlah kolektor batik yang berkunjung ke kampung batik Jetis, misalnya, dikatakan banyak yang mengakui kerajinan warga Sidoarjo itu. Bahkan, banyak para kolektor yang memiliki batik Jatis yang sudah berumur 80-100 tahun. Kekhasan batik Sidoarjo terletak pada pewarnaan yang berani, misalnya warna hijau, kuning dan merah.
Hal itu juga diakui perajin batik di kawasan Kampung Batik, Jetis. Pemilik Batik Dahlia di Kampung Jetis, H Muhammad Miftah, menjelaskan pesanan terus meningkat. ''Sebab, banyak sekolah yang memesan batik tulis," ungkapnya.
Pesanan batik, katanya, juga berdatangan dari berbagai daerah seperti Malang, Probolinggo, Jember, dan Surabaya. Batik Jetis, Sidoarjo khas sentuhan motif burung merak yang mengembangkan ekor panjang yang indah. Selain itu dipenuhi warna cerah seperti biru, kuning, dan hijau. Berbeda dengan batik Solo dan Yogyakarta berwarna coklat atau sogan.