REPUBLIKA.CO.ID,SIDOARJO--Badan Penanggulanga Lumpur Sidoarjo (BPLS) melakukan identifikasi terhadap kandungan semburan baru lumpur di empat titik yang ada di luar peta terdampak. Sebab, selama dua hari terakhir ada empat titik semburan baru (buble) yang muncul dan membuat panik warga setempat.
‘’Setelah muncul semburan di tiga titik di Desa Beringin, lalu Jatirejo, Kecamatan Porong, Sidoarjo memang muncul lagi di Sring Barat. Setelah kita identifikasi, ternyata semburan itu dari sumur ama yang aktif kembali,’’ kata Kapokja Mitigasi BPLS, Bambang Hardianto, didampingi Humas BPLS Akhmad Zulkarnaein, Senin (23/8).
Dia menjelaskan bahwa berdasarkan hasil identifikasi sementara, semburan yang mengeluarkan air dan material pasir ini mengandung gas metan yang mudah terbakar. Namun, gas tersebut dinilai tidak berbahaya bagi kesehatan warga.
Alasannya, karena gas yang dikandung smeburan baru itu dibawah 10 persen. Begitu juga dengan semburan baru lagi yang keluar di dalam rumah milik Haji Zamin, warga Desa Beringin, Kecamatan Porong. Semburan yang sempat mencapai ketinggian 10 meter itu dikatakan juga tak mengandung gas beracun.
Kendati demikian, BPLS tetap memasang garis policeline. Menurut Bambang Hardianto, untuk menjaga kemungkinan yang tidak di inginkan. Makanya, warga di sekitar juga diminta agar tidak menyalakan api. Sebab, gas metan yang dikeluarkan buble baru itu dikatakan mudah terbakar.
Untuk itu, petugas BPLS menanggulangi semburan bertekanan tinggi ini dengan cara pipanisasi. Materialan berupa air semberan bercampur pasir dan gas metan itu disalurkan dan dialirkan melalui pipa ke selokan.
Selain itu, dikatakan dia, bila kini BPLS telah mengidentifikasi titik-titik buble untuk selanjutnya dilakukan penanganan. Sehingga, buble tersebut diharapkan tidak sampai menimbulkan kepanikan warga.
Apalagi, berdasarkan pemeriksaan dari tim BPLS, yang mengukur kadar semburan dengan menggunakan gas detector mengaku tidak menemukan kandungan gas beracun H2S dalam buble tersebut. Kandungan H2S dari semburan itu dikatakan nol, bahkan tidak ada.
Karena itu, kata dia, munculnya semburan akibat proses deformasi geologi mengakibatkan gas rawan yang tersimpan dalam permukaan bawah tanah ikut terdorong. Gas tersebut akan bergerak melalui celah-celah retakan dan yang mudah diterobos adalah sumur bor. ‘’Itu yang menyebabkan banyak bor lama, kini aktif lagi dan menjadi pusat smeburan baru,’’ pungkasnya.