REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Warga Desa Harjobinangun, Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang termasuk kawasan rawan bencana I Gunung Merapi, Kamis, mulai mengungsi ke barak pengungsian karena aktivitas gunung tersebut masih tinggi.
"Mereka mengungsi karena takut melihat letusan Merapi dan semburan awan panas yang cukup besar dalam dua hari terakhir," kata Kepala Desa Harjobinangun, Tri Haryono. Menurut dia, mereka tinggal di kawasan rawan bencana (KRB) I yang jaraknya sekitar 10-15 kilometer dari puncak Merapi sehingga ikut mengungsi, menyusul rekomendasi dari Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tentang perluasan radius bahaya Merapi dari 10 kilometer menjadi 15 kilometer.
Kondisi itu menyebabkan jumlah pengungsi di barak-barak pengungsian bertambah, sehingga pemerintah harus menyiapkan barak dan tempat pengungsian baru untuk mereka. Salah satunya di barak pengungsian Harjobinangun yang berada di Pakem. "Barak pengungsian tersebut kini didatangi para pengungsi yang merupakan warga Desa Harjobinangun yang rumahnya terletak di KRB I," katanya.
Ia mengatakan, sejak Rabu (3/11) malam barak itu difungsikan, dan kini sudah ada 572 pengungsi yang mengungsi. Dari jumlah tersebut, sebanyak 100 pengungsi berasal dari Harjobinangun, sedangkan sisanya merupakan warga Hargobinangun.
Meskipun pengungsi banyak yang berasal dari Hargobinangun, bukan berarti hal itu mengindikasikan barak pengungsian di desa tersebut akan dikosongkan. Barak pengungsian Hargobinangun berjarak sekitar 17 kilometer dari puncak Merapi, sehingga masih dalam batas aman.
"Barak ini merupakan tumpuan terakhir bagi warga sekitar karena barak pengungsian Hargobinangun, Candibinangun, dan Pakembinangun yang dekat dengan Harjobinangun sudah dipadati pengungsi," katanya