REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Sekitar 50 ribu anak menjadi pengungsi korban bencana. Mereka diketahui tersebar di berbagai tempat seperti Manokwari, Kepulauan Mentawai, Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten Klaten, dan kabupaten Boyolali.
Hasil pantuan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), pengungsi termasuk pengungsi anak menempati bangunan-bangunan fasilitas umum, perkantoran, dan ada di tenda-tenda darurat.v''Dengan alasan kesehatan, anak-anak tidak layak berada di dalam tenda-tenda darurat lebih dari dua minggu,'' tutur Ketua KPAI, Hadi Supeno, dalam rilisnya yang dikirim ke Republika, Senin (8/11).
Karena itu KPAI merekomendasikan agar tenda-tenda darurat hanya digunakan untuk orang dewasa. Sedangkan anak-anak dipindahkan ke bangunan-bangunan yang permanen. Hadi memaparkan, bila perlu hotel-hotel atau penginapan memberikan simpati dan empatinya dengan menyediakan kamar-kamar yang ada untuk menampung anak-anak dari kawasan bencana.
Sedangkan untuk kasus bencana Merapi, kata Hadi, pemerintah daerah perlu memikirkan memperbanyak tempat-tempat pengungsian di rumah penduduk dan bangunan-bangunan fasilitas umum dan fasilitas sosial. Hal ini karena tidak ada kepastian sampai kapan masa pengungsian akan berlangsung.
Sementara KPAI juga mengimbau kepada pemerintah untuk menggerakkan semua perusahaan negara, swasta dan daerah, agar seluruh sisa dana corporate social responsibility (CSR) tahun 2010 dialihkan untuk membantu korban bencana.''Saat ini tidak ada satu pun persoalan bangsa yang lebih mendesak kecuali penanganan bencana,'' tutur dia.
Dikhawatirkan, kelambatan bahkan ketidaktepatan penanganan bencana bisa mendegradasi nilai-nilai kemanusiaan karena faktor kelaparan, menurunnya tingkat kesehatan, kehilangan papan dan pekerjaan, serta aspek psikososial yang ditimbulkan.
Kepada masyarakat yang membantu bencana Merapi, KPAI juga mengimbau agar tidak hanya memberikan bantuan ke Posko Utama di Pakem, Sleman saja. Tapi juga ke posko-posko di Kabupaten Magelang, Klaten, dan Boyolali. Dan lebih baik jika ada satu pintu penerimaan bantuan di masing-masing pemda kabupaten agar distribusi bantuan bisa dilakukan lebih baik tanpa menimbulkan kecemburuan di antara para pengungsi sendiri.
Dari berbagai jenis bantuan yang masih sangat dibutuhkan untuk keperluan anak, hasil pantauan Republika, di antaranya pakaian hangat untuk anak, masker, obat tetes mata, buku-buku dan alat-alat mainan anak, dan trauma hilling untuk anak-anak.