REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Pengungsi Kabupaten Sleman mengaku kewalahan untuk membujuk pengungsi agar tidak kembali ke rumah sebelum Gunung Merapi benar-benar aman. "Para pengungsi sulit didekati secara personal karena mereka selalu mengkhawatirkan rumah dan ternak mereka," kata Komandan Satuan Pelaksana (Satlak) Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (PBP) Kabupaten Sleman Widi Sutikno di posko pengungsian Stadion Maguwoharjo, Sleman, Kamis.
Ia mengatakan aktifitas Gunung Merapi yang cenderung menurun dalam beberapa hari terakhir membuat sejumlah pengungsi mulai kembali ke rumah masing-masing meskipun status gunung tersebut masih "awas".
"Masih banyak pengungsi yang dapat lolos dari penjagaan kepolisian karena mereka mengetahui jalan-jalan tikus menuju kawasan Merapi," katanya.
Menurut dia yang dapat dilakukan pihaknya saat ini adalah mengandalkan dukungan kepolisian untuk memperketat penjagaan akses masuk pengungsi ke daerah berbahaya. "Hal tersebut untuk memastikan radius 20 kilometer dari puncak Gunung Merapi benar-benar steril dari warga hingga status Merapi aman," katanya.
Sementara itu, data per 9 November 2010 tercatat jumlah pengungsi sebanyak 94.615 orang yang menyebar hingga ke wilayah kabupaten/Kota tetangga di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Status Gunung Merapi masih dinyatakan "awas" dan masyarakat tetap diminta waspada dengan ancaman sekunder letusan berupa banjir lahar.
Sungai yang sudah dipenuhi dengan endapan lahar tersebut adalah Kali Woro, Kali Kuning, Kali Boyong, Kali Bedog, Kali Krasak, Kali Bebeng, Kali Sat, Kali Lamat, Kali Senowo, Kali Trising, dan Kali Apu.