REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Material erupsi Merapi yang mengalir ke sungai-sungai yang berada dihilir, berupa pasir bisa menjadi bemper (pelindung) terhadap batu-batuan besar yang jatuh kebawah atau hilir sungai akibat erupsi Merapi.
“Sebetulnya berkah. Jika tidak ada pasir maka batu-batuan besar dapat merusak lereng-lereng lebih parah lagi,” kata Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Serayu-Opak, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum (PU), Bambang Hargono, di Media Center Tanggap Darurat Bencana Merapi di Jalan Kenari No. 14a Yogyakarta, Senin (15/11) malam.
Meski demikian, Bambang tetap mengimbau masyarakat disekitar lereng Merapi agar tetap waspada dan berhati-hati karena bencana alam datangnya tidak dapat terduga. "Terutama apabila terjadi hujan lebat. Lebih jauh dijelaskan Bambang, Kementerian PU sudah sangat familiar dengan tingkahlaku Merapi," paparnya.
Disebutkannya, sejak tahun 1970 pihaknya telah belajar mengatasi lahar Merapi agar tidak menjadi bencana bagi masyarkat sekitarnya. Menurutnya, sejak tahun 1970 an Kementerian PU bekerjasama dengan pemerintah Jepang sudah membangun sistem pengendali lahar yang disebut dam sabo atau bangunan pengendali sedimen (BPS).
Bambang mengingatkan, Gunung Merapi merupakan Gunung yang sangat aktif maka disekitar lereng merapi dibuat masterplan untuk pengendalian lahar dalam bentuk sabo yang terbuat dari beton yang melintang diseluruh sungai disekitar Merapi. "Masterplan tahun 2001 direncanakan akan dibangun sebanyak 279 sabo. Namun hingga saat ini baru terbangun sebanyak 244 unit. Pembangunan tersebut kini terhenti akibat erupsi Merapi," tuturnya.
Menurut Bambang, masterplan tahun 2001 tersebut dirancang untuk menahan volume lahar sebesar delapan juta meter kubik. Namun, tidak disangka material vulkanik saat ini yang keluar dari mulut Merapi jumlahnya sangat besar mencapai 140 juta meter kubik. "Untuk itu pihaknya akan mengevaluasi kembali masterplan 2001 yang dirancang untuk hanya menahan delapan juta meter kubik material vulkanik tersebut," bebernya.
Saat ini, lanjut dia, bangunan sabo dam sebanyak 244 buah itu sejak tahun 1980an terbukti mampu menghindari Kota/Kabupaten yang berada di lereng dari amukan lahar. Sejauh ini sabo masih berfungsi dengan baik. "Sabo disekitar tebing-tebing Merapi sudah terisi penuh dengan material vulkanik yang berisi air campuran seperti pasir lumpur, kayu, batu," paparnya.
Meski sabo dipenuhi dengan material vulkanik namun hal itu juga telah membentuk lerengan landai sehingga endapan-endapan lahar membentuk kemiringan yang tidak curam.
Diungkapkan Bambang, dengan material 140 juta kubik yang dimuntahkan oleh Merapi ada kemungkinan akan membentuk topografi baru, dimana aliran sungai menjadi berubah dan membentuk sungai baru. "Perubahan alur tersebut tidak perlu dikhawatirkan karena meski alirannya baru namun ia akan kembali bertemu dengan sungai utama," tukasnya.