REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA--Salah satu alasan ditutupnya kawasan wisata Gunung Bromo yang terletak dalam zona merah 3 kilometer dari kawah, tidak sekadar untuk menghindari bahaya letusan. Melainkan disebabkan gunung setinggi 2.392 meter tersebut ternyata mengeluarkan gas belerang yang berbahaya bagi pernapasan manusia alias beracun.
Pendapat itu disampaikan Kepala Bidang Geologi Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jatim, Supardan, Rabu (24/11). “Kadar belerang di sekitar Bromo cukup tinggi apalagi bila aktivitasnya meningkat seperti sekarang, sedangkan kadar oksigen di dataran tinggi rendah," terangnya.
Menurut Supardan, penutupan lautan pasir Bromo dilakukan sejak aktivitasnya meningkat beberapa waktu lalu, seiring meletusnya Gunung Merapi. Pasalnya, asap belerang lebih berbahaya daripada awan panas Merapi karena sifatnya yang tidak terlihat dan lebih mudah terbawa angin.
Meski begitu, Supardan meyakinkan bahwa semakin jauh gas tersebut terbawa angin, konsentrasinya semakin rendah karena teroksidasi dengan udara, sehingga tak berbahaya. "Gas belerang akan terurai dengan udara. Jadi semakin jauh dari kawah maka tak terlalu berbahaya lagi," tegasnya.
Ia juga mengungkapkan aktivitas masyarakat di beberapa desa di sekitar Gunung Bromo hingga sejauh ini masih berjalan normal. “Belum sampai ada langkah pengungsian untuk warga, karena letak pemukiman mereka masih berada di zona kuning. Kami hanya menghimbau bagi mereka yang bermata pencaharian penyewaan kuda tak lagi melakukan aktifitas di lautan pasir," saran Supardan.