Sabtu 27 Nov 2010 03:49 WIB

Huntara Pengungsi Merapi Dilengkapi Sekolah Darurat

Pengungsi Merapi
Foto: Tahta/Republika
Pengungsi Merapi

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA--Setiap lokasi pembangunan  shelter  atau hunian sementara (huntara) kalangan masyarakat yang kehilangan tempat tinggal akibat letusan Gunung Merapi akan dilengkapi dengan fasilitas sekolah darurat, kata seorang sumber. "Kami akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) agar setiap lokasi pembangunan huntara dilengkapi fasilitas sekolah sehingga kegiatan belajar mengajar tetap berjalan," kata Kepala Bidang Perencanaan dan Standarisasi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga DIY Baskara Aji di Yogyakarta, Jumat.

Menurut dia, fasilitas sekolah darurat tersebut akan ditujukan untuk jenjang taman kanak-kanak dan sekolah dasar. "Di kawasan rawan bencana (KRB) III, tidak ada sekolah menengah pertama dan atas sehingga siswa masih bisa meneruskan kegiatan belajarnya di sekolah asal," kata Baskara.

BNPB berencana melakukan pembangunan huntara di enam lokasi, yaitu di Dusun Plosokerep Desa Umbulharjo, Dusun Pagerjurang di Desa Kepuharjo, Dusun Banjarsari di Desa Glagaharjo, Dusun Kowang di Desa Wukirsari, Dusun Gondang di Desa Argomulyo dan di Dusun Bimomartani Desa Sindumartani.

"Khusus untuk di Dusun Banjarsari, kemungkinan dibutuhkan dua sekolah darurat, karena jumlah siswa di lokasi tersebut kemungkinan cukup banyak, sedangkan di Desa Sindumartani kemungkinan tidak membutuhkan sekolah darurat karena jumlah siswanya sedikit sehingga masih bisa dititipkan di sekolah lain," ujarnya.

Di KRB III, katanya, tercatat terdapat 28 sekolah dasar dan juga taman kanak-kanak yang mengalami kerusakan, sementara itu di KRB II terdapat 12 sekolah dasar dan taman kanak-kanak yang kotor karena tertutup pasir serta dua SMK di dekat alur sungai yaitu SMK Muhammadiyah Cangkringan dan SMK I Cangkringan. Seperti halnya "shelter", lanjut Baskara, fasilitas sekolah bersifat sementara dan siswa bisa kembali ke sekolah asal saat rumah dan sekolah mereka yang rusak telah selesai dibangun.

"Guru-guru yang akan mengajar di sekolah darurat tersebut akan diambilkan dari guru-guru yang sekolahnya mengalami kerusakan, sehingga diharapkan kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung dalam kondisi yang tetap baik," katanya.

Baskara mengatakan untuk sekolah yang berada di luar radius bahaya yaitu 10 kilometer di sisi barat Kali Boyong dan 15 km di sisi timur Kali Boyong sudah kembali berjalan normal. "Sekolah-sekolah tersebut biasanya hanya kotor karena terkena abu vulkanik, sehingga hanya perlu dibersihkan agar bisa kembali digunakan. Sekarang kegiatan belajar mengajar sudah normal," katanya.

Khusus untuk SMK I Cangkringan yang berada dekat dengan sungai, kegiatan belajar mengajar untuk sementara dipindahkan ke P4TK Seni Budaya. "Siswa-siswa sekolah pun mendapatkan pendampingan psikologis agar bisa menghilangkan trauma yang mereka hadapi akibat bencana letusan Gunung Merapi," katanya.

Baskara mengatakan, saat ini memang masih ada siswa yang ikut belajar di sejumlah sekolah lain dan guru tetap diminta untuk memberikan perhatian lebih besar kepada siswa-siswa tersebut. "Jika ada tindakan dari guru atau warga sekolah lain yang justru membuat siswa tersebut tersudutkan, sebaiknya langsung melaporkan ke kami agar bisa ditindaklanjuti," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement