REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA - Ratusan warga Yogyakarta yang tergabung dalam Gerakan Rakyat Mataram (Geram), Jumat sore (3/12) menggelar aksi unjukrasa di depan Istana Gedung Agung, Yogyakarta. Mereka menuntut Keistimewaan Yogyakarta tidak diuntik-untik, karena sudah harga mati.
Aksi demo yang diikuti mulai dari anak-anak hingga remaja putri dan ibu-ibu serta mahasiswa dan pelajar tersebut, tampil penuh semangat. Mereka bersorak sambil mengacung-ngacungkan bambu runcing yang sengaja mereka bawa. Aksi ini mendapat pengawasan dan penjagaan dari aparat kepolisian, namun aksi yang mereka lakukan tetap terus dikumandangkan walaupun hujan deras.
Aksi yang digelar Gerakan Rakyat Mataram ini, sebagai bentuk kekecewaan terhadap pemerintah pusat yang tetap ngotot pencalonan gubernur di DIY tetap melalui mekanisme pemilihan. Secara bergantian peserta aksi melakukan orasi yang intinya warga Yogyakarta tetap mempertahankan Keistimewaan Yogyakarta.
Pimpinan Gerakan Rakyat Mataram Widihasto Wasana Putra mengatakan, masyarakat Yogyakarta siap melawan sampai titik darah penghabisan. ''Pada dasarnya warga Yogyakarta Cinta Perdamaian. Tetapi warga Yogyakarta lebih mencintai keistimewaan, rawe-rawe rantas malang-malang tuntas,''ungkap dia.
Pemaksaan pemerintah pusat bahwa jabatan gubernur dilakukan dengan pemilihan, sama artinya DIY tidak ada bedanya dengan daerah lain yang ada di Indonesia. Untuk itu, warga Yogyakarta yang tergabung dalam Geram menolak keputusan pemerintah pusat. Para pengunjukrasa yang membawa bambu runcing, sebagai lambang semangat 'Golog Gilig-Saiyek Saeko Proyo' rakyat Yogyakarta untuk mengamankan dan mempertahankan ciri utama keistimewaan, yakni penetapan Sultan dan Paku Alam sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DIY, jelas Widihasto.
''Ini harga mati, jadi jabatan gubernur dan wakil gubernur tidak ada pemilihan. Sejarah dan UUD 1945 sudah jelas, tetapi kini pemerintah berusaha merubah semua itu. Untuk itu, warga Yogyakarta menolak terhadap kebijakan pemerintah pusat,'' kata dia menegaskan.
Aksi yang dilakukan Geram ini, mendapat sambutan cukup antusias oleh warga Yogyakarta. Bahkan, masyarakat yang kebetulan melalui jalan tersebut, secara spontan langsung turut bergabung hingga membuat jalan A Yani, Yogyakarta, macet.
Di penghujung aksi, mereka secara bersama-sama melakukan sumpah rakyat Yogyakarta. ''Kami rakyat Yogyakarta mengaku bertanah air satu tanah air keistimewaan. Kami rakyat Yogyakarta mengaku berbangsa satu tanah bangsa sawiji greget sengguh ora mingkuh. Kami rakyat Yogyakarta, mengaku berbahasa satu bahasa hamemayu hayuning bawana,''kata peserta aksi secara serentak. Usai membacakan sumpah, aksi ujukrasa kemudian membubarkan diri dengan tertib dan aman.