REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Peringatan jumlah kalori yang tercantum dalam sebuah produk makanan tidak lantas membuat orang membatasi jumlah santapan mereka, apalagi mengurangi porsi konsumsi. Fakta itu tampak jelas terlihat dalam studi yang dilakukan di AS dan Inggris
Studi yang digagas University of New York menunjukan rasa, harga dan lokasi adalah faktor yang membuat konsumen tidak mengindahkan jumlah kalori yang tercantum. Padahal kebijakan kedua negara itu secara tegas meminta produsen terutama restoran cepat saji untuk menampilkan jumlah kalori yang hidangkan.
"Setelah pelabelan jumlah kalori dicantumkan, hanya separuh yang memperhatikan informasi kalori yang terkandung," papar Brian Elbel, salah seorang peneliti dalam laporan singkat hasil studi tersebut seperti dikutip dari Dailymail, Rabu (16/2).
Elbel mengungkap hanya 16 persen dari masyarakat yang mengindahkan label kalori sehingga mempengaruhi pilihan atas produk makanan yang dikonsumsi.
Dia mengakui sebagian besar individu cenderung meremehkan jumlah kalori yang dikonsumsi. Padahal, rata-rata dari makanan yang mereka konsumi mengandung setidaknya 500 kalori. "Boleh dikatakan label jumlah kalori tidak memberikan pengaruh signifikan pada masyarakat," imbuhnya.
Ke depan, Elbel mengatakan perlu langkah yang lebih intens guna memberikan penyadaran kepada anak-anak, remaja dan dewasa untuk lebih memperhatikan kesehatan dengan mengatur jumlah asupan kalori pada setiap makanan yang dikonsumsi.
Menurut dia langkah itu sangat penting guna menghindari masalah kesehatan yang bersumber pada pola makan yang tidak sehat.