REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lemak berlebih di area perut bisa meningkatkan risiko sejumlah masalah kesehatan. Ironisnya, ada beragam kebiasaan yang tanpa disadari bisa menyebabkan penumpukan lemak di perut dan membuat perut membuncit.
Jenis lemak yang menumpuk di dalam perut adalah lemak visceral. Berbeda dengan lemak subkutan yang ada di bawah kulit, lemak visceral bersinggungan langsung dengan organ-organ penting di dalam perut.
Lemak visceral yang berlebih di dalam perut biasanya berkaitan dengan peningkatan risiko sejumlah penyakit. Sebagian risiko di antaranya adalah penyakit jantung, diabetes tipe 2, serta masalah pada hati, menurut UT Southwestern Medical Center.
Dari beragam kebiasaan yang bisa membuncitkan perut, ada lima kebiasaan yang dianggap paling buruk menurut sejumlah ahli gizi. Berikut ini adalah kelima kebiasaan yang patut dihindari tersebut, seperti dilansir Eat This Not That pada Rabu (28/2/2024):
1. Distraksi saat makan
Banyak orang terbiasa menyantap makanan sambil melakukan aktivitas lainnya, seperti menonton televisi, bekerja di depan komputer, hingga bermain ponsel. Ragam distraksi ini bisa membuat orang-orang tak merasakan tanda-tanda rasa kenyang yang muncul. Akibatnya, mereka cenderung menyantap makanan lebih dari kebutuhan.
"Dalam sebuah studi, orang yang makan sambil menonton televisi atau berjalan bisa mengonsumsi makanan lima kali lebih banyak daripada orang yang menyantap makanan tanpa distraksi," ujar ahli gizi Destini Moody RDN CSSD LD.
2. Tak cukup protein
Asupan protein diperlukan untuk membangun dan memperbaiki jaringan-jaringan tubuh, termasuk otot. Kekurangan asupan protein bisa menyebabkan penurunan massa otot yang dapat berakibat pada perlambatan metabolisme. Ketika metabolisme melambat, lemak berlebih di perut akan semakin sulit untuk tersingkir.
"Camilan tinggi protein lebih efektif untuk membuat Anda merasa kenyang sampai jam makan berikutnya," ujar Moody.
Beberapa contoh camilan tinggi protein adalah keju string, yogurt Greek, telur rebus, dan dendeng sapi. Camilan seperti ini cenderung lebih rendah kalori dan lebih tinggi protein sehingga dapat mencegah dorongan untuk makan berlebih.
3. Kurang minum
Dehidrasi dapat membuat orang-orang sulit untuk tetap bergerak aktif dan membakar kalori. Selain itu, dehidrasi juga kerap memunculkan tanda yang sering kali dikira sebagai rasa lapar. Akibatnya, orang-orang yang dehidrasi justru menyantap lebih banyak makanan ketika yang dibutuhkan sebenarnya oleh tubuh adalah cairan.
4. Terlalu banyak konsumsi makanan sehat
Makanan sehat biasanya mengandung banyak antioksidan hingga nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Meski begitu, bukan berarti makanan sehat bisa dikonsumsi secara berlebihan. Karena bagaimana pun, makanan sehat juga mengandung kalori sehingga porsinya perlu dibatasi.
5. Melewatkan jam makan
Melewatkan jam makan, khususnya sarapan, bisa memunculkan dorongan untuk makan berlebih setelahnya. Sebagai contoh, ketika seseorang sering melewatkan sarapan, hormon lapar di tubuh cenderung akan mengompensasinya dengan memunculkan keinginan untuk makan lebih banyak di jam makan berikutnya.