REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pembekuan darah di vena bagian dalam atau Deep Vein Thrombosis (DVT), sudah pasti sangat mengganggu aktivitas sehari-hari. Selain penyakit ini dapat menyebabkan kematian secara mendadak, DVT juga merupakan kelainan trombosis paling umum ketiga setelah penyakit jantung dan stroke.
Menurut data WHO pada tahun 2004 di Eropa, jumlah penderita gangguan thrombosis DVT ini kurang lebih sebanyak 354,4 juta jiwa. Sementara angka kematian akibat DVT di Eropa kurang lebih sebanyak 370.000 jiwa per tahun.
Namun ternyata, dr. Cosphiadi Irawan, SpPD-KHOM, FINASIM mengungkapkan, baik Venous Thrombo Embolism (VTE) maupun DVT ternyata dapat dicegah sejak dini. Salah satunya dengan tidak menganggap remeh nyeri dan pembengkakan yang kerap dikeluhkan.
“Sebagian kasus memang dapat dicegah, dengan mencari tahu faktor resiko genetik dan tak segan melakukan konsultasi dengan dokter. Terutama jika pasien mengalami luka yang tak kunjung sembuh, kaki sering bengkak, dan duduk selama berjam-jam sehingga kerap merasakan nyeri di bagian kaki dan organ tubuh lain,” jelasnya.
Pasien juga perlu memperhatikan kondisi tubuhnya setiap hari. Apalagi bagi mereka yang bekerja delapan jam setiap harinya dan harus duduk di depan meja komputer, melakukan gerakan ringan guna meregangkan otot-otot yang kaku penting untuk dilakukan agar tubuh tidak pegal dan rasa nyeri sedikit berkurang.
“Nyeri dan pegal adalah faktor pemicu, jadi kalau sering merasakan hal tersebut selain melakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan dokter, melakukan gerakan ringan penting untuk dilakukan. Jika terus di diamkan jelas sangat mengganggu kegiatan sehari-hari dan dapat terjadi pembekuan darah,” lanjutnya.
Untuk itu, Chospiadi menyarankan agar pasien yang memiliki faktor resiko sering melakukan gerakan ringan tersebut. Selain itu, mempertahankan berat badan ideal dan mengkonsumsi makanan sehat dan seimbang juga penting dilakukan sebagai bagian dari langkah pencegahan.